[PORTAL-ISLAM.ID] Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) telah mengumumkan daftar perusahaan yang diduga terlibat dalam mendukung agresi Israel ke Palestina.
Dalam pemberitaan sejumlah media nasional yang baru-baru ini secara serempak mewartakan laporan yang dirilis pada 30 Juni 2023 lalu menyebutkan nama Danone tidak termasuk dalam daftar tersebut.
Sementara itu, laman gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS), yang aktif mengkampanyekan penarikan investasi dari Israel dan menerapkan sanksi ekonomi, mencatat bahwa produsen makanan dan minuman terbesar di dunia yang berpusat di Prancis itu terlibat dalam mendukung Israel.
Hal ini didasarkan pada informasi dari Times of Israel yang melaporkan bahwa Danone melakukan investasi strategis sebesar $3,5 juta atau sekitar Rp545 juta ke startup Israel, Wilk, yang bergerak di bidang teknologi pengembangan susu budaya.
Penyuntikan dana yang dilakukan pada April 2023 lalu tersebut diarahkan untuk kemungkinan kolaborasi dalam mengembangkan komponen susu ibu yang dibudidayakan untuk formula bayi, berdasarkan teknologi sel Wilk. Danone Manifesto Ventures (DMV), lengan usaha ventura dari raksasa produk susu Perancis itu, dikabarkan memimpin putaran pembiayaan dengan investasi sebesar $2 juta.
Pendiri Wilk, Dr. Nurit Argov-Argaman dari Hebrew University of Jerusalem, telah mengembangkan teknologi berbasis sel untuk memproduksi susu ibu manusia dan susu hewan yang dibudidayakan sejak tahun 2018. Teknologi ini memungkinkan produksi bahan susu tanpa membutuhkan sapi dalam proses akhir pembuatan susu.
Di sisi lain, Gerakan BDS Indonesia juga merilis daftar merek yang menjadi target utama boikot serta merek yang memerlukan tekanan sosial agar menghentikan dukungan mereka terhadap Israel. Beberapa di antaranya adalah AXA, Puma, Hewlett Packard (HP), Siemens, Domino’s Pizza, Starbucks, Burger King, dan banyak lagi.
Kontroversi seputar investasi Danone di Israel menunjukkan betapa kompleks dan sensitifnya isu keterlibatan bisnis dalam konflik geopolitik, serta tantangan yang dihadapi perusahaan global dalam menavigasi tekanan politik dan sosial.
(Sumber: Inilah)