Aktor Curang Presiden, Empat Menteri ke MK

Aktor Curang Presiden, Empat Menteri ke MK

Oleh: Faizal Assegaf (kritikus)

Seolah dua ekor monyet, Yusril dan Hotman Paris hanya sibuk menyodorkan sirkus di ruang MK. Tak kalah lucu soal fulus Bansos ala Jokowi dan Sri Mulyani, sisanya retorika tipu-tipu.

Berkali-kali saya sarankan politisi busuk dan makelar konstitusi bertafakur di kebun binatang. Di sana, jujur dan adil bergantung pada yang paling kuat. Dan perilaku super licik, sempurna dimainkan kawanan monyet.

Okelah, anggap saja proses sidang di MK sebagai jalan masuk untuk memperbaiki sistem demokrasi. Pilpres terlanjur berkali-kali jadi sarang pertarungan para maling. Mungkin kali ini perlu lebih tegas mengakhiri kejahatan tersebut.

Namun muncul pertanyaan: Bagaimana bisa memperbaiki sistem pemilu bila para aktor kejahatan tidak ditindak tegas? Terlebih, saluran untuk menegakkan hukum berada dalam kendali kepentingan kekuasaan.

Artinya kebusukan demokrasi dan amburadulnya tatanan hukum, sulit untuk mendapatkan keadilan. Bayangkan anda terjebak dalam rawah yang sangat jorok dan penuh dengan buaya? Jelas sial dan frustasi!

Cerita tentang semua sandiwara di MK tak bedanya dengan drama politik tipu menipu di DPR. Rakyat akan terus diberi harapan palsu. Tarik-ulur dan pengalihan fokus rakyat pada aneka kejahatan korupsi besar.

Dalam situasi itu, para garong sumber kekayaan alam, kawanan perampok APBN, komplotan maling BUMN dan jaringan mafia makin berpesta-ria. Semua kejahatan itu lahir dari proses kecurangan bernegara.

Untuk memperbaikinya, tidak perlu membuang waktu MK memanggil empat atau sepuluh menteri. Cukup hadirkan Presiden sebagai aktor utama kecurangan. Sudah sangat banyak fakta kejahatan disodorkan.

Tapi hingga 78 tahun kita merdeka, jabatan Presiden terlanjur diposisikan seolah raja. Tak penting dia berasal dari selokan demokrasi atau gorong-gorong kartel politik. Pokoke si raja adalah penguasa tanpa batas.

Drama MK dalam kendali raja ngibul…!

Baca juga :