[PORTAL-ISLAM.ID] Menurut sumber-sumber kita yang pernah kerja di Afghan dan berinteraksi dengan Taliban selama perundingan perdamaian, Taliban belajar sejumlah hal dari Indonesia untuk diterapkan pada pemerintahan mereka, dengan tujuan menghapus fanatik kesukuan.
Indonesia yang terdiri dari ratusan etnis, bahasa dan suku bisa hidup rukun karena memiliki common value yaitu konsep Pancasila.
Nah bagi Taliban, Afghanistan juga harus punya "common value" (nilai bersama) untuk meredakan ketegangan antar suku yang telah berlangsung selama ratusan tahun, Antara suku Pashtun, Tajik, Uzbek, Hazara, Turkmen dll.
Jangankan kawin, belanja di pasar yang beda dengan sukunya pun mereka ogah.
Padahal jumlah suku di Afghan ga ada apa-apanya dibanding kita NKRI ini.
Maka itu Taliban memilih menggunakan "Syariat Islam" sebagai common value pemerintahannya di atas kepentingan apapun.
Mulai sekarang tak ada lagi Pashtun first, Tajik first, Uzbek first, Dsb. Sekarang yang ada hanya Muslim first.
IIA (Imarah Islam Afghanistan) dan para Mullah juga menggunakan slogan "Hubbul Wathon Minal Iman" untuk ditanamkan kepada masyarakat agar memiliki kecintaan terhadap negeri melebihi kepada sukunya.
'Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman', slogan ini memang semestinya diartikan dalam sudut pandang Islam.
Nasionalisme dimaknai menjaga negeri dari segala bentuk kekufuran, kesyirikan, penyimpangan, maksiat, korupsi, kriminalitas dan sekulerisme dengan cara menegakkan Syariat sebisa kita.
Mencintai tanah air juga termasuk menjaga tanah, sungai dan udara dari segala bentuk perusakan oleh manusia.
IIA telah menutup berbagai kuburan keramat yang disembah. Bahkan meratakan patung-patung pahlawan perang yang dipuja secara kultus oleh masyarakat.
Korupsi, maksiat dan kriminalitas dibasmi dengan hudud (hukum Islam), sedangkan akhlak dibangun sejak anak-anak masuk madrasah.
IIA pun sibuk memungut sampah atau menganjurkan menanam pohon, hampir di seluruh bantaran sungai.
"Walaupun kiamat segera tiba dan di tangan seseorang dari kalian masih menggenggam benih kurma, jika mampu menanamnya hendaklah tetap ia lakukan." (HR Ahmad)
Nasionalisme mesti ditunjukkan dengan perbuatan nyata, bukan ritual upacara yang dibawa Amerika, Inggris dan konco-konconya, tapi ujungnya adalah rebutan isi periuk nasi.
Taliban kini tidak sebatas kekuatan politik Pashtun, namun telah merekrut anggota dari suku-suku besar Afghan lainnya.
(Oleh: Fathi Nasrullah)