Gue kira MENIKAM Ganjar dan PDI Perjuangan dari belakang adalah drama politik yang paling SADIS dari pertunjukan Jokowi....
Sekarang, misi berlanjut lagi ke MELUMPUHKAN Airlangga Hartarto dan menguasai Golkar. Entah nanti lewat Bahlil, Gibran atau dirinya sendiri, yang jelas kiamat bagi Airlangga sudah semakin dekat.
Padahal, semua telah diberikan Airlangga untuk Jokowi. Dari bergabung ke kabinet Jokowi di periode pertama, totalitas di Pilpres 2019 untuk memenangkan Jokowi, menjadi kekuatan utama di Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, hingga memenangkan anaknya (Gibran) bersama Prabowo di Pilpres 2024.
Kini, Golkar jadi partai yang seksi bagi Jokowi karena Golkar adalah partai besar yang kepemimpinannya bisa berganti setiap saat tanpa harus bergantung pada trah tertentu, tak mungkin dia kembali ke PDIP walau belum resmi mengundurkan diri, mau ditaro dimana mukanya?
Untuk memenuhi ambisi politik pasca pensiun, Jokowi butuh kendaraan politik untuk memastikan Prabowo tidak sepowerfull yang dikhawatirkan.
Bargaining power politik menjadi penting agar keselamatan dan jaminan politik bagi Gibran, Bobby, Erina, Kahiyang terjamin. Bahkan cita-cita Jan Ethes yang ingin jadi Presiden bisa jadi agenda Jokowi, kita tahu bagaimana rasa sayang seorang kakek kepada cucu pertamanya.
Andai Airlangga terkudeta dari kursi Ketua Umum Golkar, Airlangga mestinya tidak punya beban dan bisa kembali menikmati bisnis, kecuali mereka saling sandera lalu akan membuka kartu ASnya jika salah satunya berani melawan.
Jokowi belum selesai, tak akan selesai. Karena apa yang dimulai dari tahun 2023, itu masih bagian dari permulaan untuk episode berikutnya.
Soal bagaimana perasaan Airlangga? Yo Ndak Tau Kok Tanya Saya!
(BY Jhon Sitorus)