Sangat disayangkan sekali... Badan otonom NU turut meramaikan kegiatan-kegiatan yang menguntungkan dan memperkuat oligarki

◼Sangat disayangkan sekali, tdk kali ini aja organisasi badan otonom NU turut meramaikan kegiatan2 yg menguntungkan & memperkuat oligark. Termasuk kegiatan ini, makin menunjukkan bahwa NU tertinggal jauh dari isu transisi energi & problem iklim secara keseluruhan.

◼Apa mereka tdk tahu bahwa mantan Bupati Cirebon Sunjaya telah didakwa menerima gratifikasi, suap & tindak pidana pencucian uang (TPPU) hingga Rp 64,2 miliar dari setoran Deputi General Manager (GM) Hyundai Engineering & Construction Co. Ltd tuk memuluskan proyek PLTU 2 Cirebon.

◼Apa mereka tdk tahu bahwa proyek energi kotor ini sejak dari hulu ke hilir hanya menguntungkan oligark, merusak lingkungan, deforestasi, dan di hilir jg terjadi land grabbing tanah2 rakyat. Tdk hanya itu jg merusak mata pencaharian masyarakat nelayan di Cirebon.

◼Secara konseptual, PBNU mengalami kontradiksi internal & oksimoron. Di satu sisi mengatakan merawat jagat, tapi kehadirannya justru makin memperkuat posisi negara vis a vis rakyat & lingkungan dgn memberi dukungan tanpa syarat pd PSN, proyek2 gigantik yg merusak lingkungan.

◼PBNU telah gagal memainkan perannya secara sosial politik dan kebudayaan untuk memperkuat masyarakat sipil, mengawal demokrasi, dan tdk membiarkan terjadinya illiberal democracy. Serius ini perlu disayangkan sekali. PBNU kehilangan peran sebagai bagian dari kekuatan rakyat.

◼Warisan Gus Dur yg selalu berpihak, kritis pada kebijakan, melawan tiap bentuk intensifikasi alat kontrol ideologis dan kekerasan negara. Kini hanya dirayakan dgn "sekadar" merawat perbedaan dgn mengabaikan pentingnya bangun perimbangan kekuatan politik rakyat di hadapan oligark.

◼Kalo bener merawat jagat: mesti mengevaluasi tata kelola neolib, orientasi pembangunan hanya sekedar pertumbuhan ekonomi/GDP growth. Nah ini di level paradigmatik & tata kelola yg hrs dikoreksi. Bknnya malah mendukung aja cetak biru proyek oligark, yg mengatasnamakan NKRI.

◼Setia itu pada republik, bukan pada rezim. Kesannya sekarang ini, seolah2 setia pada republik diukur dari seberapa setia NU pada rezim. Ini salah besar kalo beneran terjadi. Sila dicek sendiri statemen2 PBNU soal kasus Wadas, kasus bandara NYIA atau kasus Rempang.

◼Putusan hasil bathsul masail setiap Muktamar tdk bisa diimplementasikan dgn baik, sehingga lagi2 selalu kontradiktif antara imperatif moral dan putusan hukum islam yg menyatakan bahwa NU harus berpihak, dgn kenyataan dimana PBNU justru bersikap sebaliknya.

◼Warga korban konflik agraria dan lingkungan yang saya temui kerap mengeluh merasa ditinggalkan elit2 PBNU. Saya tdk sedang benci. Ila yaumil akhir selama nyawa msh bersarang di tubuh, sy NU & mencintai NU.

(Roy Murtadho)
Baca juga :