Dua Sisi Kertas
BY TERE LIYE
Ada sebuah keluarga, mereka setiap siang menyisihkan waktu, biaya dan tenaga, memberikan makan siang gratis bagi kuli pasar, penjual asongan, peminta2 di dekat rumah mereka.
Maka, setiap siang, jam 12.00, saat makanan dihidangkan di meja, datang 20-30 orang numpang makan. Gratis. Sudah bertahun2 mereka konsisten melakukannya, diam2, tanpa perlu diposting di medsos, dll.
"Terima kasih banyak, Pak/Ibu." kata seorang kuli.
"Semoga rezeki bapak/ibu tambah lancar." kata peminta2.
"Ini betulan membantu kami, Pak/Ibu." ujar pengayuh becak.
Setiap hari, sepanjang tahun, keluarga ini selalu berusaha melakukannya.
Kemudian....
"Ini kenapa lauknya berkurang dibanding kemarin sih?" seorang mahasiswa yg numpang makan komentar.
"Benar. Kalau boleh request sesekali2 pakai steak gitu loh." Timpal temannya yg juga mahasiswa.
Keluarga itu tersenyum. Mereka sudah biasa dapat komentar begini.
"Wah, ini kok nasinya keras sih?" mahasiswa kost yg sama, komen lagi sebulan kemudian.
"Kalau ngasih itu yg niat dong. jangan kayak gini. Nggak ihklas banget." rekannya bisik2.
Keluarga itu tetap tersenyum.
Masalahnya, yg tidak dipahami oleh mahasiswa ini, bisnis keluarga itu sedang ditipu orang. Mereka rugi banyak. Di tengah kesedihan itu, mereka tetap masak, menyiapkan makan gratis. Juga saat anaknya sakit keras, dirawat di RS, mereka tetap masak, agar bisa selalu berbagi. Berusaha maksimal menyisihkan waktu, biaya tdk sedikit, tenaga.
Dear netizen, tdk usah menunjuk siapapun setelah baca cerita ini, boleh jadi, kitalah 'mahasiswa' tidak tahu terima kasih ini. Sungguh. Kitalah yg tabiatnya begini.
Coba diambil selembar kertas dan pulpen, catat di sana, di sisi kiri, kebaikan apa saja yg pernah kita berikan ke orang lain. Tenaga, waktu, uang, karya, apa saja yg pernah kita bagikan gratis?
Lantas di sisi kanan kertas, tuliskan, kebaikan apa saja yg pernah diberikan orang lain ke kita. Hal2 yg selama ini tdk kita sadari, tdk kita hargai. Tulis semua di sana.
Karena jangan2, ternyata sisi kiri kertas kita akan kosong melompong, sisi kanannya penuh.
Sedihnya, kita tidak menyadarinya, kita malah merasa bisa ngatur2, nyuruh2.
(fb Tere Liye)