Oleh: Fathi Nasrullah
Lebih dari 14 tahun bergulat melawan Uni Soviet dan rezim Komunis, mujahidin Afghan memperoleh kemenangan gemilang yang membuat siapapun ga nyangka.
15 Februari 1989 Uni Soviet menarik semua pasukannya dari Afghanistan.
Namun ga cuma mujahidin yang gembira, para bajingan berkedok pejuang pun turut berpesta pora.
Orang-orang ini ga ikut jihad melawan Soviet, tapi ikut makan bantuan internasional untuk menyokong jihad Afghan.
Ketika menang, mereka bergaya paling berjasa, membagi wilayah layaknya mafia dan seenaknya menindas masyarakat.
Desa-desa yang jatuh ke dalam kekuasaan "warlord" atau panglima perang kelas kampung, dijadikan sebagai sarang maksiat.
Saat itu faksi-faksi besar Mujahidin sibuk bersengketa satu sama lain berebut ibukota Kabul. Perbedaan suku dan tujuan membuat mereka gagal bikin pemerintahan bersatu yang efektif.
Praktik-praktik menjijikkan berbau tai (LGBT) dan pedofil merajalela. Anak laki-laki ganteng diambil dari keluarganya yang miskin untuk dijadikan "bacha bazi", atau penari penghibur fantasi para warlord.
Bahkan di Kandahar pernah terjadi bentrokan antar 2 geng kriminal warlord karena memperebutkan seorang bocah laki-laki yang diinginkan bosnya.
Tak terhitung anak perempuan diambil paksa dari keluarganya, dijadikan budak nafsu oleh para durjana.
Terpanggil atas keadaan bangsanya, Mullah Muhammad Umar yang baru berusia 33 tahun mengajak 30 muridnya untuk menyelamatkan 2 anak gadis yang diculik.
Mereka hanya mengumpulkan 16 pucuk senjata dengan stok amunisi seadanya.
Namun keberanian dan niat fisabilillah, membuat geng kriminal ga berkutik melawan para santri ini. Padahal musuh memiliki senjata lengkap dan tank.
Kedua gadis dibebaskan, geng kriminal ditumpas, sedangkan tubuh sang warlord digantung di moncong tank untuk dipamerkan kepada masyarakat.
Inilah aksi pertama Taliban. Dipimpin seorang Mullah muda, seorang mujahid, yang mata kanannya buta terkena pecahan bom ketika bertempur melawan Uni Soviet dulu.
Masyarakat menyambut gembira. Permintaan tolong membanjiri markas-markas sederhana Taliban.
Ribuan orang termasuk para mujahidin yang lelah dengan konflik antar faksi memilih bergabung ke Taliban.
Jihad mereka kini adalah memberantas kriminalitas dan mengembalikan keamanan negara.
Hanya dalam waktu 2 tahun, Taliban menguasai lebih dari 80% Afghanistan. Sedangkan faksi-faksi lama yang menolak takluk akhirnya terpojok lalu membentuk Aliansi Utara.
Tahun 1996, pemerintahan Taliban pertama resmi berdiri. Walau sang Mullah adalah pemimpin Taliban, beliau tak serta merta jadi pemimpin negara Afghanistan.
Untuk mengangkat Emir negara, diadakanlah musyawarah akbar para Ulama, Mullah, tokoh masyarakat dan pejuang. Dimana suara mereka bulat sepakat mengangkat Mullah Muhammad Umar sebagai pemimpin negara Afghanistan (Imarat Islam Afghanistan).
Pelantikannya terjadi sangat sederhana, sang Mullah berdiri di sebuah atap disaksikan oleh masyarakat. Momen langka ini direkam diam-diam oleh seorang jurnalis BBC.
Beliau memegang sebuah jubah kuno yang diyakini berasal dari era Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tersimpan di Afghanistan selama ribuan tahun.
Selama memerintah, sang Emir hanya memiliki rumah pribadi yang dibangun dari tanah liat seperti masyarakat pada umumnya, mobil dinasnya adalah 1 unit Toyota Corolla putih yang kemudian dikubur saat terjadi invasi AS pada 2001.
Menyusul serangan 11 September tahun 2001 (9/11), Amerika Serikat menuntut agar Taliban menyerahkan Osama bin Laden. Taliban menolak.
AS kemudian menyerang Afghanistan pada Oktober 2001 dengan bantuan beberapa negara sekutu dan organisasi militan Afghanistan, termasuk Aliansi Utara.
Pada Desember 2001, pemerintahan Taliban digulingkan.
Mullah Umar melarikan diri dari Kandahar, bersembunyi di Provinsi Zabul, dan mendelegasikan kendali operasional Taliban kepada para wakilnya.
Di bawah komandonya, Taliban melancarkan pemberontakan pada tahun 2004 melawan pemerintah baru Afghanistan yang dibentuk AS dan pasukan asing.
Meskipun Mullah Umar menjadi sasaran perburuan internasional selama satu dekade, dia tetap bersembunyi selama sisa hidupnya. Dia meninggal karena tuberkulosis pada tahun 2013, kematiannya tidak terungkap ke dunia luar hingga tahun 2015.
Setelah 20 tahun berjuang berperang melawan Pasukan AS dan Sekutunya, pada 15 Agustus 2021 Taliban kembali berkuasa di Afghanistan setelah berhasil merebut Ibu Kota Kabul dan mengusir pasukan AS dan sekutunya.