"Bisnis Sholawatan"

Bisnis Sholawatan

Panggung sholawatan akhir-akhir ini sedang naik naiknya dengan audiens yang masyaAllah yang akhirnya ada yang menanggapi hal ini dengan narasi sinis "Bisnis Sholawatan".

Menurut saya, satu sisi Bisnis Sholawatan itu tidak masalah, memasang tarif juga tidak ada masalah, baik yang bertarif mahal atau murah. 

Yang jelas, dalam bisnis sholawat ini memiliki vibes positif yang perlu diapresiasi keberadaannya..

1. Sisi perputaran ekonomi kerakyatan, dari bisnis sholawat ini terjadi efek domino roda ekonomi yang saling bersentuhan dan berputar, mulai penjual es, penjual pentol, penjual alas tikar, penjual baju, penjual peci, penyewaan sound sistem dengan lingkaran karyawanya, MMT, bunga, penjual buah, beras, sampai tukang parkir, tidak ketinggalan team hadroh dan Habaib atau Gusnya merasakan putaran ekonomi ini. 

Tentu ini sangat bagus, daripada tidak ada peran memutar ekonomi sama sekali, apalagi hanya mencibir nyinyir saja..

2. Sisi psikologi kemasyarakatan, dari bisnis sholawatan ini terjadi vibes positif, yang awalnya banyak yang hura hura dengan panggung dangdut koplo, kini sudah mulai beralih ke panggung-panggung sholawatan yang tentu jelas satu dua kalimat kebaikan akan dikumandangkan dan disebut dalam bibir-bibir mereka..

Terkait dengan pasang tarif itu sah2 saja, anggap saja majelis sholawat ini bagian dari seni, bagian dari entertaiment yg tentu sah2 saja meminta dan mematok tarif, namanya juga ujroh efort keindahan seni, toh tergantung niat masing2 juga, tentu ada yang niat berdakwah dengan seni, atau berseni dengan dakwah, dan tentu kita tidak bisa menghakimi niat hati orang lain..

Wallahu a'lam..

(Tsabit Abi Fadhil)
Baca juga :