“Begitu sulitnya mencari pekerjaan di negeri ini. Sampai presiden dan mantan presiden perlu mencarikan pekerjaan untuk anak-anaknya.”
Meme itu ramai di media sosial, mengiringi pelantikan anak mantan presiden yang diangkat menjadi salah satu menteri.
“Itu kan bukti sayang orangtua ke anaknya,” sindir netizen.
Betulkah itu bukti cinta? Atau justru menjerumuskan anaknya? Ah, terkadang cinta dan durhaka itu tipis batasnya.
Tersebutlah kisah seorang ayah yang mengadukan anaknya yang durhaka pada Amirul Mukminin Umar ibn Khattab.
Sebelum memutus perkara itu, Umar memanggil si anak untuk memberikan kesaksiannya. “Benarkah yang dikatakan ayahmu?” tanyanya.
Anak itu menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan oleh ayahnya?"
Umar berkata, "Betul. Memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik dan mengajarkan Alqur’an kepadanya."
Lalu, anak itu berkata lagi, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun di antara semua itu. Adapun ibuku seorang yang beragama Majusi (penyembah api). Ayahku telah memberikan nama Ju'al (kumbang kelapa) kepadaku dan belum pernah ia sekalipun mengajarkan Alqur’an padaku."
Amirul Mukminin lalu berkata pada ayah anak itu, "Engkau datang kepadaku untuk mengadukan anakmu yang telah berbuat durhaka kepadamu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu dan engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu."
Seringkali orangua tidak menyadari kalau telah melakukan langkah tak bijak untuk anak-anaknya. Sesuatu yang disangkanya tanda cinta, tapi ternyata malah menjerumuskannya.
Jumuah Mubarak, everyone. Jangan lupa baca QS Kahfi dan qunut nazilah untuk saudara-saudara kita di Palestine.
Jakarta, 23/2/2024
(Uttiek)