"BARTER"
Oleh: Dr. Ahmad Sarwat, Lc, MA
Jual-beli di masa kenabian dulu sering didefinisikan dengan tukar menukar harta (بدل المال بالمال).
Definisi itu sebenarnya lebih tepat diartikan dengan tukar menukar barang alias barter. Dan faktanya memang barter sungguhan. Gandum ditukar dengan gandum, kadang ditukar denga kurma atau benda-benda lainnya.
Karena sulitnya menilai harga barang, maka sejak lama umat manusia menggunakan logam mulia sebagai alat tukar dalam barter.
Yang paling menonjol memang emas dan perak. Keduanya memang harta yang dihargai oleh semua peradaban, seolah disepakati menjadi alat tukar dalam berbagai barter yang sifatnya universal dan diterima secara bersama.
Untuk ribuan tahun lamanya emas dan perak jadi barang barter, sampai masuk lah kita ke abad 20 yang unik. Umat manusia kemudian sepakat meninggalkan sistem barter.
Maka emas dan perak yang selama ribuan tahun lamanya pernah digunakan sebagai alat tukar dalam barter, di abad ini sudah tidak lagi digunakan.
Barter barang dengan emas atau dengan perak sudah dianggap tidak lagi dianggap efektif. Bangsa-bangsadi dunia masih menghargai emas sebagai logam mulia atau untuk perhiasan. Tetapi barter barang pakai emas sudah punah dan tinggal kenangan sejarah.
Kalau tidak percaya, cobalah masuk pasar tradisional, atau masuk mal, coba ajak para penjual disana untuk barter barang mereka. Tawarkan saja, maukah barang-barang yang mereka jual itu ditukar dengan emas batangan.
Jawabannya pasti tidak mau. Bukan berarti emas itu tidak berharga. Tapi orang zaman sekarang tidak mau melakukan barter produk yang mereka jual. Sebab barter itu hanya ada dalam sejarah.
Umat manusia kini tidak lagi pakai sistem barter. Kini umat manusia menilai suatu harga berdasarkan 'mata uang' yang diterbitkan oleh bank induk di masing-masing negara.
Tiap negara menerbitkan 'mata uang' yang berbeda-beda nama mata uangnya dan pastinya berbeda nilainya. Fungsinya untuk jual-beli di pasar. Beda mata uangnya, pedagangnya belum tentu mau.
Memang sedikit agak rumit, khususnya bagi mereka yang tenggelam dalam sejarah masa lalu. Bingung dan gamang, kok bisa ya jual beli pakai 'mata uang'.
Ya bisa lah. Kan zaman sudah berubah. Tidak ada lagi barter barang dengan barang di zaman sekarang ini.
Awalnya mata uang itu ditandai dengan mencetak kertas. Tapi lama-lama berubah jadi data digital. Hari ini kita tidak perlu lagi menebalkan dompet dengan kertas cetakan yang rawan dipalsukan.
Cukup bawa HP atau kartu plastik saja. Tinggal tet dan pembayaran selesai sudah. Kalau orang zaman dulu hidup lagi sekarang, bisa-bisa langsung pingsan lihat bagaimana kita sekarang bertransaksi. Atau mati lagi karena saking bingungnya.
Hehe..
(Dr. Ahmad Sarwat)