NGAJI DAPAT SEMBAKO
"Lah, repot amat kalau kudu bawa sembako tiap kajian. Nanti kalau nggak ada sembakonya, berarti mereka nggak datang ngaji donk. Terus kalau lagi nggak ada duit gimana? Apa kajiannya juga bubar?" Nyinyir seseorang ketika melihat Mualaf Center Kab Semarang sering membawa sembako dalam kajian yang diadakan.
Mendapati pertanyaan itu pengen rasanya ngomong, "Woooiiiiii, Wewe gombel yang lambenya ndower, mulutnya dikondisikan tuh. Kalau belum bisa bantu kami, plisss deh mulutnya dijaga. Daripada ngomong yang gak jelas, mending support kami. Udah gak bantu, nyinyir pulak." Pengen rasanya ta ajak omon-omon biar gak emosyi. Eh salah, maksudnya ta kasih senyum manis sambil nyodorin nomer rekening.
Jadi begini, kenapa kami sering bawa sembako untuk mereka? Karena mereka memang berhak mendapatkannya.
Mereka tinggal di daerah minoritas muslim. Godaan mereka sangat berat. Jauh lebih berat daripada kita.
Apa sih susahnya ngasih sembako sebulan sekali tiap kajian? Nyatanya selama ini MCKS dimampukan Alloh untuk selalu berbagi. Artinya itu memang sudah rezeki mereka.
Hadeh, cuma mbagi sembako aja apa susahnya. Kecuali kalau membagikan emas permata intan berlian, barulah berat.
Ya udah, daripada nyinyirin kami yang unfaedah, mending support kami aja. Itu jelas lebih bermanfaat dan berpahala.
Kubisikan ya bahwa tiap bulan kami rutin mengadakan kajian di desa-desa minoritas muslim. Dan kami selalu membawa sembako sebagai tondo tresno untuk mereka. Sebuah bentuk kepedulian MCKS untuk mereka. Agar mereka merasa tak sendiri. Agar mereka merasa bahwa selalu ada yang peduli.
Jadi gimana? Mau mendukung kegiatan kami? Atau tetep omon-omon gak jelas?
(Widi Astuti)