KONSOLIDASI PBNU MENANGKAN PRABOWO
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat mengumpulkan rais syuriah dan ketua pengurus cabang NU se-Jawa Barat di Pondok Pesantren Al-Muhajirin 3 Purwakarta pada Kamis, 11 Januari 2024. Acara itu dikemas dalam bentuk rapat koordinasi dan konsolidasi yang bersifat rahasia.
Dua sumber Tempo di kalangan NU Jawa Barat mengatakan rapat konsolidasi itu sesungguhnya berisi arahan untuk memenangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pasangan calon presiden-wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju. Selain memberi arahan, mereka membahas berbagai alasan memilih pasangan capres-cawapres nomor urut dua tersebut. “Arahannya memang ke 02,” kata anggota Nahdlatul Ulama di Jawa Barat ini, Jumat pekan lalu.
Ketua Umum PWNU Jawa Barat Juhadi Muhamad membenarkan ihwal pertemuan di Purwakarta tersebut. Ia mengatakan rapat konsolidasi itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Hotel Bumi Surabaya pada 7 Januari lalu. Dalam pertemuan di Hotel Bumi Surabaya itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Saifullah Yusuf memaparkan tata kelola organisasi serta pemetaan tiga pasangan capres-cawapres dalam pemilihan presiden 2024. “Yang dibahas (di Purwakarta) sama dengan yang di Hotel Bumi,” kata Juhadi, Ahad, 21 Januari 2024.
Juhadi mengikuti rapat PBNU di Hotel Bumi Surabaya tersebut. Ia mengatakan Gus Yahya—sapaan Yahya Cholil Staquf—memaparkan pemetaan tiga pasangan capres-cawapres yang bertarung dalam pemilihan presiden 2024, yaitu Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar, Prabowo-Gibran, serta Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
“Jadi di-profiling tiga pasangan calon itu. Dijelaskan (calon presiden) yang ini begini, (calon presiden) yang itu begini,” ujar Juhadi.
Setelah mendapat pengarahan tersebut, kata Juhadi, semua pengurus wilayah diminta meneruskan kegiatan serupa secara berjenjang hingga tingkat cabang di kabupaten-kota. Hasil pertemuan di Hotel Bumi Surabaya itulah yang disampaikan kembali oleh Juhadi kepada pengurus cabang se-Jawa Barat di Purwakarta.
Rapat konsolidasi Pondok Pesantren Al-Muhajirin 3 Purwakarta ini sesungguhnya juga dihadiri oleh Gus Yahya dan Gus Ipul—sapaan Saifullah Yusuf.
Sesuai dengan undangan kegiatan yang diperoleh Tempo, disebutkan rapat koordinasi dan konsolidasi itu bersifat penting, rahasia, serta tidak bisa diwakilkan. Undangan itu diteken oleh Rais Am PWNU Jawa Barat Abun Bunyamin, Juhadi, Sekretaris PWNU Jawa Barat Aceng Abdullah, dan Katib Am PWNU Jawa Barat Fatahillah.
Juhadi mengatakan Gus Yahya dan Gus Ipul menjelaskan kembali pemetaan ketiga pasangan capres kepada pengurus cabang NU se-Jawa Barat. “Narasinya sama. Yang jelas, terdapat pemetaan tiga pasangan capres,” ujar Juhadi.
Dua pengurus PBNU dan dua anggota Nahdlatul Ulama menceritakan kembali isi pertemuan di Hotel Bumi Surabaya. Mereka menceritakannya secara terpisah dan dalam kesempatan berbeda. Keterangan mereka seragam mengenai adanya arahan dari Gus Yahya dan Gus Ipul untuk mendukung Prabowo-Gibran.
Seorang pengurus teras PBNU menceritakan, dalam pertemuan itu, Gus Yahya dan Gus Ipul lebih dulu memetakan ketiga pasangan capres. Setelah itu, keduanya menjelaskan alasan PBNU tidak bisa mendukung Anies-Muhaimin atau Ganjar-Mahfud.
“Anies dinarasikan identik dengan Islam garis keras,” kata pengurus PBNU ini. “Dan Muhaimin dianggap tidak berkoordinasi dengan PBNU saat bergabung dengan Anies menjadi calon wakil presiden.”
Padahal, kata pengurus PBNU ini, Muhaimin adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa—partai yang lahir dari tokoh-tokoh NU di era Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU. Muhaimin juga cucu dari salah satu pendiri NU, KH Bisri Syansuri.
Sumber Tempo tadi melanjutkan, dalam pertemuan itu, Gus Yahya juga menjelaskan alasan tidak memilih Ganjar-Mahfud. Sebab, nama Mahfud tidak dikonsultasikan lebih dulu ke PBNU sebelum dipilih menjadi calon wakil presiden dari Ganjar. Padahal Mahfud merupakan kader NU. “Disebutkan bahwa Mahfud muncul begitu saja sehingga tidak bisa berharap banyak kepada pasangan nomor urut tiga (Ganjar-Mahfud),” ujarnya.
Penjelasan Gus Yahya berbeda jauh ketika menyebutkan rekam jejak Prabowo-Gibran. Sumber Tempo ini mengatakan Gus Yahya justru memuji Prabowo-Gibran dengan alasan hanya pasangan ini yang akan melanjutkan program Presiden Joko Widodo.
Gus Yahya, kata pengurus NU ini, kerap menyanjung Jokowi dalam rapat konsolidasi tersebut. Alasannya, Jokowi berperan banyak terhadap PBNU saat ini. Salah satunya membantu pembangunan Universitas Nahdlatul Ulama di Yogyakarta serta memberikan konsesi tambang yang hasilnya bisa diperoleh dalam jangka waktu enam bulan ke depan.
“Profiling itu tidak fair. Karena kalau 01 (Anies-Muhaimin) dan 03 (Ganjar-Mahfud) yang dibahas adalah jeleknya. Sedangkan ketika 02 (Prabowo-Gibran) tidak ada jeleknya,” ujar sumber Tempo.
Pengurus teras PBNU lainnya menjelaskan, dalam rapat konsolidasi di Hotel Bumi Surabaya itu, PBNU berusaha menggerakkan pengurus dari tingkat provinsi hingga ranting untuk memenangkan Prabowo-Gibran.
Gus Yahya, kata dia, juga berulang kali menyebutkan PBNU dan Jokowi mempunyai kesamaan. Dengan demikian, PBNU wajib mendukung penuh program pemerintah, misalnya pemindahan Ibu Kota Negara Nusantara ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur; penghiliran; dan food estate atau lumbung pangan.
Selain itu, kata sumber Tempo ini, Gus Yahya menarasikan bahwa hanya Prabowo-Gibran yang akan melanjutkan program Jokowi. Gus Yahya juga menegaskan posisinya berada di belakang Jokowi dalam pemilihan presiden kali ini.
“Jadi, dalam pertemuan itu, narasinya keberlanjutan, yang implikasinya tidak memilih 01 dan 03,” katanya.
Seorang Ketua PWNU yang menghadiri pertemuan di Hotel Bumi Surabaya itu membenarkan cerita tersebut. Ia mengatakan, dalam pertemuan itu, pengurus PBNU memang mengarahkan pengurus wilayah mendukung Prabowo-Gibran karena hanya pasangan calon presiden inilah yang akan melanjutkan program Jokowi.
“Pengurus wilayah bahkan diminta mengkonsolidasikan ke pengurus cabang,” katanya.
Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa NU Australia dan Selandia Baru Nadirsyah Hosen juga mengaku mendengar ihwal adanya dugaan pengarahan dari pemimpin PBNU kepada pengurus wilayah untuk mendukung Prabowo-Gibran dalam rapat internal PBNU di Hotel Bumi Surabaya. Karena itu, ia mengingatkan kepada seluruh elite PBNU untuk menjaga muruah organisasi yang berdiri pada 1926 itu.
“NU harus menjadi perekat anak bangsa karena ada di mana-mana,” kata Gus Nadir—sapaan Nadirsyah Hosen.
Dia berharap PBNU kembali kepada khittah sebagai organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang menaungi semua nahdliyin—warga NU. “Kalau NU sudah berpihak, itu akan menjadi personal,” katanya.
Gus Nadir mendapat informasi lanjutan setelah pertemuan di Hotel Bumi Surabaya itu. Informasi yang ia peroleh, pengurus wilayah hingga cabang NU sudah menggerakkan perangkat organisasi untuk memenangkan Prabowo-Gibran di daerah masing-masing. “Karena, setelah acara di Surabaya, instruksi PBNU dijalankan di cabang-cabang NU di kabupaten-kota,” ujar Gus Nadir.
Bukti Rekaman Video
Tempo mendapat sebuah potongan video pengurus NU yang meminta anggotanya memenangkan Prabowo-Gibran. Video berdurasi 25 detik itu berisi rekaman ceramah Ketua PCNU Kendal, Jawa Tengah, Mustamsikin, di hadapan jemaahnya. Dalam video itu, Mustamsikin meminta jemaah mendukung Prabowo-Gibran.
“Rais Am (PBNU) di Surabaya mengundang seluruh PWNU di seluruh Indonesia. Permintaan dari Rais Am, NU diminta sami'an watha'atan (mendengarkan dan menaati) untuk memenangkan Prabowo satu putaran,” kata Mustamsikin dalam video tersebut.
Gus Yahya belum menjawab permintaan konfirmasi Tempo mengenai hal ini. Mustamsikin juga belum dapat dimintai konfirmasi soal video tersebut. Adapun Gus Ipul mengatakan akan mengecek kebenaran video itu lebih dulu.
Meski begitu, ia membenarkan ihwal adanya pertemuan PBNU di Hotel Bumi Surabaya, yang dihadiri Ketua dan Rais Syuriah PWNU se-Indonesia. Namun Gus Ipul membantah tuduhan ihwal adanya arahan dari PBNU untuk memenangkan Prabowo-Gibran dalam pertemuan tersebut.
“Itu pertemuan internal dan tidak pernah kami rilis kepada publik,” kata Gus Ipul. “Dalam pertemuan itu, kami membahas setiap kandidat dari setiap sudut satu per satu. Setelah itu, silakan di daerah menerjemahkan seperti apa.”
“Memang kewajiban PBNU mengarahkan dan memberikan informasi supaya mereka tidak mendapat kabar yang keliru soal capres,” ujar Gus Ipul. “Jadi apa yang salah (kalau) kami mengumpulkan pengurus wilayah dan cabang?”
Ia melanjutkan, dalam pertemuan itu, Gus Yahya memang mengupas rekam jejak para capres dan cawapres. Salah satunya rekam jejak Muhaimin, yang disebutkan tidak berkomunikasi dengan PBNU sebelum memutuskan menjadi calon wakil presiden dari Anies Baswedan. “Muhaimin memang dibahas, nyalon tidak pamit ke kiai PBNU,” kata Gus Ipul.
Gus Ipul mempertanyakan pihak yang membocorkan pertemuan PBNU di Hotel Bumi Surabaya tersebut. Ia menegaskan kembali bahwa tidak ada arahan dari PBNU untuk memenangkan Prabowo-Gibran. “Kami tidak pernah mengarahkan dukungan, apalagi (memberi) instruksi. Tapi, kalau sekarang menjadi ditafsirkan mengarahkan dukungan, silakan,” katanya.
[Sumber: Koran TEMPO, Senin, 22 Januari 2024]