[PORTAL-ISLAM.ID] Ini tulisan yang pasti membuat kita semua bahagia. Langsung saja, agar menjadi pembuka hari yang indah bagi semua orang beriman.
Mantan Kepala Intelijen Israel (Mossad), Yossi Cohen, menyalahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas kegagalan mencapai tujuan perang melawan Hamas yang telah berjalan lebih dari tiga bulan.
Yossi Cohen menekankan Netanyahu harus menanggung akibatnya.
"Keputusan pemerintah mengancam keberadaan negara Israel, dan membuat warga Israel menghadapi risiko kembali ke Rusia, Polandia, Inggris, dan negara lain, itupun jika negara-negara tersebut setuju untuk menerimanya," kata Yossi Cohen dilansir Haaretz, Sabtu (6/1/2024).
Berikut selengkapnya pernyataan Yossi Cohen (Direktur Mossad 2016-2021):
"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengingkari kalau peristiwa 7 Oktober adalah merupakan kejahatan terhadap hak masyarakat Yahudi dan Negara Israel. Dan kita telah mendapatkan dukungan dunia yang merdeka dan seluruh teman-teman kami telah datang ke Tel Aviv.
Andai Israel mempunyai kepemimpinan yang memahami keadaan, pasti kita sudah berhasil menjadi bagian dari persekutuan dunia yang menentang terorisme, kita berhasil mengusir Hamas dari Gaza dan kita juga sudah berhasil memukul mundur Hizbullah ke belakang Sungai Litani (Lebanon).
Sesungguhnya kecerobohan luar biasa seorang Bibi (panggilan untuk Netanyahu) dan Gantz (Menteri Pertahanan Israel) telah membalik pandangan dunia terhadap kita dari "korban" menjadi "penjahat perang" dan dari "pemilik hak" menjadi "pembunuh anak-anak". Dalam perkiraan saya, memang inilah yang diimpikan oleh Hamas dan jaringan kejahatan di belakangnya.
Hari ini, setelah 80 hari kesalahan dan perkiraan tanpa kajian, Negara Israel mendapati dirinya sejak tahun 1948 menghadapi pertarungan antara "terus ada (eksis)" atau "musnah".
Ya, wahai anak-anak negeriku, musnah...
Saya akan menjadi orang yang pertama kali menggantungkan lonceng. Dengarkan saya hari ini, wahai seluruh anak negeriku. Jika kelompok ini (Netanyahu cs) yang terus menjadi pemimpin kita, maka kita akan pulang lagi ke Polandia, Rusia, Inggris dan Amerika. Itu pun jika mereka mengizinkan kita pulang.
Sesungguhnya operasi pembunuhan yang terakhir di ibukota Hizbullah merupakan tindakan putus asa Bibi (Netanyahu) dan ini bukan yang terakhir.
Dia tenggelam dan membawa kita semua hancur bersamanya.
Bibi terus bertaruh dengan melibatkan Amerika dalam perang ini. Dan ini pertarahunannya yang terakhir.
Orang-orang Amerika tidak akan datang (ke Israel untuk membantu). Dengarkan saya baik-baik. Orang-orang Amerika tidak akan datang. Dan jika atau tepatnya ketika, mereka akan segera mendengar kabar bahwa Pasukan Ar Ridhwan (pasukan khusus Hizbullah) sudah sampai di pintu Kota Akka. Ketahuilah baik-baik, kita semua akan kembali ke berbagai negara asal kita datang.
Tidak ada seorang pun di pimpinan tentara juga intelijen yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk menunjukkan kepada kalian betapa rapuhnya kita di barisan depan. Masih ada waktu untuk memperbaiki situasi. Teman-teman kita masih bersama kita. Tetapi para pemimpin politik harus meletakkan kepentingan rakyat yahudi di atas kepentingan mereka. Dan harus segera mengambil keputusan sulit dan pahit untuk segera menghentikan perang, mengembalikan anak-anak kita yang tertawan ke keluarga mereka walaupun harus dibayar dengan mengosongkan penjara-penjara kita dan mengumumkan pemilu dalam waktu cepat untuk membentuk satu pemerintahan nasional yang mampu mengambil pelajaran dari kejadian ini, juga mampu membangun kembali tentara baru dengan pemikiran baru dan mengembalikan soliditas internal.
Para pemimpin politik harus berani menanggung harganya hari ini. Kalau tidak, maka semua masyarakat Israel yang akan menanggung harganya. Dan tidak akan tersisa mimpi negara yahudi kecuali hanya kenangan yang kita bicarakan sambil minum kopi di tepi-tepi jalan di Eropa."
(LINK)
----
Teman-teman, segera ambil segelas kopi untuk kita nikmati setiap hirupannya dengan bahagia dan optimis.
Atau kita temani saja mereka ngopi di pinggir jalan Eropa...?
(Ustadz Budi Ashari)