Oleh: Joko Intarto
Mau ikutan nulis soal food estate aaaaah............... Biar kekinian kayak orang-orang.... heheeheeee......
Karena belum pernah melihat sendiri lokasi food estate yang dikelola Mbah Wowo Gemoy, saya menulis dari sisi yang simple-simple saja.
Menurut berita, tujuan membangun estate adalah meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kalau berbicara ketahanan pangan, berarti memperkuat cadangan pangan rakyat.
Apa yang dimaksud dengan cadangan pangan rakyat? Adalah jumlah pangan pokok yang cukup untuk seluruh rakyat Indonesia.
Nah, pangan pokok rakyat itu, menurut pelajaran waktu SD dulu adalah: beras, jagung dan sagu. Gaplek tidak termasuk.
Yang jadi pertanyaan, mengapa food estate menanam singkong?
Untuk bisa menjadi cadangan makanan, singkong harus diolah menjadi gaplek. Setelah ditumbuk menjadi tepung kasar, gaplek bisa diolah menjadi makanan. Namanya tiwul.
Rasanya sampai hari ini, gaplek bukan bahan makanan pokok. Semiskin-miskinnya orang Indonesia, tetap makan nasi beras atau nasi jagung. Makan tiwul hanya sesekali. Itu pun hanya sebagai kudapan.
Yang bikin saya penasaran begini (Mungkin ada yang bisa memberi pencerahan....):
1. Mengapa Mbah Wowo Geboy memilih tanam singkong, padahal dia tahu rakyat Indonesia makanan pokoknya adalah beras, jagung dan sagu?
2. Terus hasil panen singkong itu mau diapakan? Buat pakan ternak? Bukankah tujuan food estate meningkatkan ketahanan pangan rakyat? Bukan ketahanan pangan ternak?
3. Kata Gibran Gemoy, singkong dari food estate akan diolah menjadi energi karena akan diolah menjadi bio ethanol.
Namanya saja food estate. Harusnya menghasilkan food (makanan manusia). Bukan menghasilkan feed (makanan ternak), apalagi alkohol.
4. Katakanlah berhasil diolah menjadi bio ethanol, terus hubungannya dengan ketahanan pangan bagaimana? Apakah bio ethanolnya dijual, uangnya buat impor beras?
Mumet aku luur. Utekku ora nyandak.
(fb)