Oleh: Ustadz Budi Ashari
Tanggal 11 dan 12 Januari 2024 menjadi hari bersejarah dan kemenangan. Bersejarah karena ini adalah hari Israel diadili dunia internasional. Adapun kemenangan bukan bermakna perjuangan para mujahid berakhir di sini. Tapi bacalah ulang pidato pemimpin Hamas Ismail Haniyyah, anda akan mengerti apa yang dimaksud dengan kata kemenangan di sini.
Afrika Selatan. Dahsyat. Apresiasi setinggi-tingginya untuk Republik Afrika Selatan. Walau Afrika Selatan tetap tidak setuju dengan penyerangan Hamas pada 7 Oktober, tetapi mengutuk keras genosida yang dilakukan oleh Israel.
Dalam pidato pembukaan sebelum para lawyer menyampaikan dalil aduannya, Menteri Hukum Afrika Selatan Ronald Ozzy Lamola diberi kesempatan untuk membuka pembicaraan. Dan berikut salah satu kalimatnya:
"Kekejaman dan kehancuran yang dirasakan oleh rakyat Palestina tidak dimulai dari 7 Oktober 2023, tetapi sudah mereka rasakan sejak 75 tahun yang lalu.
Adapun yang terjadi pada 7 Oktober 2023 di Gaza, Israel melakukan penyerangan besar-besaran. Padahal tahun 2004 mereka sudah memblokade, memutus air dan listrik. Israel memberlakukan pelarangan untuk masuk ke Gaza dan hanya ada dua penyeberangan. Israel di masyarakat dunia dianggap sebagai penjajah."
Afrika Selatan membawa aduan kepada Mahkamah Internasional dalam 84 halaman dengan tuduhan terhadap Israel yang melakukan genosida di Gaza, yang mencakup tindakan:
- Pembantaian manusia
- Penghancuran bangunan
- Menghalangi masyarakat untuk mendapatkan air, makanan, obat, bahan bakar dan tempat tinggal.
Tuntutan tersebut didukung oleh beberapa negara: Turki, Yordania, Malaysia, Bolivia, Komoro, Jibouti, Maldiv, Brazil, Namibia, Pakistan, Venezuela, Bangladesh, Nicaragua, Liga Arab dan Organisasi kerjasama Islam yang terdiri dari 57 negara.
Pakar strategi dan militer dari Tunisia Brigjen Taufik Didi setelah mendengar kalimat Menteri Hukum Afrika Selatan tersebut mengatakan:
"Saya dengarkan, khususnya Menteri Hukum Afrika Selatan, demi Allah saya malu! Orang ini menteri di negaranya, negaranya berada di ujung Afrika bagian selatan. Bukan keturunan Arab. Orang Afrika asli.
Tapi kalimat yang diucapkannya, tidak ada satu pun penguasa Arab yang berani mengucapkannya, sejak saya mengikuti permasalahan Palestina ini. Pernyataan yang keras sekali kepada zionis.
Saya terkejut...Kemana kita? Mana nurani kita? Mana pakar-pakar kita? Mana tokoh-tokoh kita? Apa yang sedang terjadi di sini sebenarnya? Mengapa panjang sekali pingsan kita? Tidak terbayangkan oleh saya, kalau ada pemimpin Arab yang menyaksikan kalimat menteri ini dan masih punya muka!
Ini bukan kemenangan hukum, tetapi kemenangan dari sisi strategi, simbolik dan moralitas. Sekaligus menjadi pukulan baru buat Israel."
Brigjen Taufik Didi benar, ini menjadi pukulan bagi Israel.
Apa yang dilakukan oleh Afrika Selatan telah membuat Netanyahu mundur dan meralat bualannya yang selama ini dia sampaikan berbusa-busa. Pidato ketakutan Netanyahu itu disampaikan hanya beberapa jam sebelum majlis Mahkamah Internasional dibuka. Berikut ketakutannya:
"Saya ingin menjelaskan beberapa hal. Israel tidak berniat untuk menduduki Gaza selamanya, atau mengusir penduduknya. Israel memerangi teroris Hamas, bukan penduduk Palestina. Kami melakukan itu dengan tetap menaati hukum internasional. Tentara Israel berupaya sekuat tenaga untuk meminimalisir kerugian sipil. Tujuan kita adalah melepaskan Gaza dari teroris Hamas dan melepaskan tawanan kita. Jika target itu tercapai, memungkinkan kita untuk melucuti senjata dan radikalisme dari Gaza. Dengan itu, maka kita berpeluang membangun masa depan yang lebih baik bagi Israel dan palestina secara sama," demikian ocehan Setanyahu yang ketakutan dengan langkah Afrika Selatan.