'Amr bin Hisyam, dikenal di tengah kaumnya dengan panggilan "Abul Hakam", karena dia dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan sangat cerdas. Bahkan karena otaknya yang cemerlang tersebut, dia sudah bergabung di Dar An-Nadwah, semacam majelis musyawarahnya para pembesar Quraisy di usia 25 tahun, padahal kebanyakan yang terlibat di majelis ini adalah orang-orang yang sudah sepuh.
Mungkin kalau kita buat permisalan di zaman sekarang, orang ini sudah mendapat gelar doktor sebelum usia 30 tahun, dan sudah menjabat profesor di usia 35 tahun. Dikenal sebagai cendekiawan cemerlang, tulisannya menghiasi berbagai media nasional dan internasional, dan sudah punya banyak tulisan di berbagai jurnal terindeks scopus.
Atau dengan permisalan lain, orang ini sudah duduk di majelis fatwa yang diisi oleh para ulama, mengampu banyak majelis ilmu, dan diundang mengisi tabligh akbar di seluruh negeri, bahkan sampai ke luar negeri.
Namun, akhir hidup 'Amr bin Hisyam ini tidak cemerlang. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan memberikannya laqab jelek, Abu Jahal, karena kebodohannya menolak kebenaran.
Dia Abu Jahal, karena menutup diri dari kebenaran, setelah jelas kebenaran itu datang dengan burhan dan bayyinah. Setelah kebenaran datang dengan begitu terang, dia tetap bergeming, tetap kokoh dengan sikap buruknya kepada Nabi dan dakwah Islam. Akhirnya, dia mati suul khatimah, karena menolak kebenaran, dan karena memusuhi para pejuang kebenaran.
Semoga kita dijauhkan dari sikap buruk Abu Jahal ini.
(Muhammad Abduh Negara)