Tim Ahli Ekonomi Anies, Thomas Lembong Kritik Obsesi Nikel dan Mobil Listrik Pemerintahan Jokowi

[PORTAL-ISLAM.ID] Tim Ahli Ekonomi Co-Captain Tim Nasional Pemenangan (TIMNAS) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Thomas Lembong atau Tom Lembong mengatakan pemerintah era Presiden Jokowi terlalu terobsesi pada nikel dan mobil listrik. 

Obsesi itu, kata Tom, membuat sektor lain terbengkalai. 

"Padahal, lapangan kerja yang peluangnya besar adalah sektor jasa, di samping pertanian, perikanan, dan manufaktur," kata Tom dalam acara diskusi publik Pandangan Capres/Cawapres 2024-2029 Terhadap Kebijakan Industri, Hilirisasi, dan Perubahan Iklim  yang digelar Centre For Strategic and Internasional Studies (CSIS) di Gedung CSIS Jakarta pada Rabu, 6 Desember 2023. 

Sementara, lanjut Tom, peluang kerja di industri nikel, pabrik baterai dan mobil listrik lebih sedikit. Pasalnya, sektor ini merupakan sektor padat modal, bukan padat karya. Menurut dia pabrik mobil listrik akan lebih banyak mempekerjakan robot ketimbang manusia. Ia berkaca dari pengalamannya saat mengunjungi pabrik baterai di Korea Selatan.

“Apalagi pabrik mobil listrik, saya usul kepada bapak ibu sekalian kalau sempat kunjungi sebuah pabrik mobil listrik, itu anda akan melihat sedikit sekali manusia di situ karena yang bekerja itu 90 persen robot,” kata mantan Menteri Perdagangan ini.

"Dampak kontribusi ekonominya mungkin lumayan, tapi tidak berujung pada perbaikan lapangan kerja dan penghasilan pekerja," kata dia. "Akhirnya sektor ini kebanyakan menguntungkan pemodal."

Tom Lembong mengatakan bahwa dua hal tersebut (obsesi pada nikel dan mobil listrik) membuat kebijakan pemerintahan menjadi sempit. Apalagi, industri nikel dan baterai listrik adalah industri padat modal bukan padat karya.

Lebih lanjut, eks Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi ini menyampaikan bahwa seharusnya pemerintah dapat menaikan kembali sektor jasa untuk menaikan angka lapangan kerja.

Sebab, menurut Tom Lembong sektor seperti jasa, manufaktur, ritel, dan konstruksi sangat baik untuk menaikan angka lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia.

“Tapi ini terbengkalai dengan fokus yang obsesif dengan nikel, mungkin sebentar lagi alumunium, mobil listrik dan baterai,” ujarnya.

(Sumber: Bisnis, Antara)

Baca juga :