Rohingya Nasibmu......

Rohingya Nasibmu......

Oleh: Arsyad Syahrial

Memperbandingkan kaum Rohingya dengan bangsa Palestina itu tidak tepat.

Ada beberapa hal yang perlu ditinjau:

(1) Walau Arakan (Rakhine) itu adalah tanah air asli etnis Rohingya, karena kaum ras Indo-Arya (dari sub-kontinen Hindia) itu telah menempati Arakan ±5.000 tahun lalu, namun rezim Junta Militer Myanmar menerapkan kebijakan apartheid kepada mereka sejak 1982 dengan menolak kewarganegaraan Myanmar bagi etnis Rohingya dan membatasi pergerakan mereka di dalam negeri.

Tak hanya itu, rezim Junta Militer secara sistematis melakukan framming dengan menyebut etnis Rohingya sebagai "imigran illegal" dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional. Rezim Junta Militer Myanmar menggunakan terminologi "virus", "penyerobot", "ancaman terhadap kultur Buddha", hingga "lintah perekonomian" terhadap etnis Rohingya sehingga persepsi buruk terhadap etnis tersebut sudah kuat mengakar di kalangan orang Myanmar pada umumnya.

Adapun bangsa Palestina, maka jelas-jelas mereka dijajah oleh koloni pemukim illegal Yahūdi Zionis Israhell.

(2) Etnis Rohingya mengalami genosida di 2017, sehingga hampir 1juta orang telah mengungsi semenjak itu.

Mengungsi atau hijroh itu tidak gampang semenjak Abad XX dikarenakan sistem keimigrasian negara telah sangat ketat. Kalau dahulu ketika Baginda Nabī ﷺ‎ memerintahkan hijroh ke Habasyah atau ke Madīnah, maka kondisinya sangat jauh berbeda.

Sebab:
(a) Ada yang menampung, yaitu
- di Habasyah ada Raja Najaṡ yang baik dan memberikan perlindungan
- di Madīnah ada kaum Anṣōr.

Sementara sekarang, sama seperti orang Palestina, etnis Rohingya itu sudah dinyatakan pengungsi oleh UNHCR. Namun keduanya sama-sama kasihan, ya lihat saja bagaimana Presiden Mesir As-Sisi dan Raja Yordania Àbdullōh II, apakah mereka menerima pengungsi Palestina dengan tangan terbuka?

(b) Masalah bahasa dan budaya.

Madīnah itu jelas masih di Ḥijāz letaknya, bahasa dan budayanya pun masih Àrab. Sedangkan etnis Rohingnya ketika mengungsi bukan ke Bangladesh, maka jelas bahasa dan budayanya sudah sangat berbeda.

(3) Adab & Akhlak pengungsi Rohingnya buruk?

Taruhlah memang ada kasus kriminal pengungsi Rohingya di Aceh, atau mungkin kelakuan oknum etnis Rohingya yang tak pantas. Namun menggeneralisasi kelakuan seluruh mereka begitu itu sangat keliru. Apalagi mengambil contoh Malaysia, sebab pengungsi Rohingnya di negeri jiran itu ada ± 150.000, sedangkan di Indonesia tak lebih dari 1.500 orang.

Kalau ada dari pengungsi itu yang brengsek, maka wajar… namanya juga suatu bangsa, mana ada isinya suatu bangsa baik semua?

(4) Tanah Syam (Palestina) itu tanah yang sebutkan oleh Baginda Nabī ﷺ‎ sebagai tanah diberkahi, dinaungi oleh sayap-sayap Malaikat.

Ada begitu banyak Ulama robbani di sana, yang mendidik ummat sehingga kita saksikan kini buah dari pohon yang bibitnya disemai oleh Sheikh Aḥmad Yāsīn. Para Mujahiddīn fī Sabīlillāh yang hafal al-Qur-ān dan mencintai perjuangan di jalan Allōh.

Sementara kaum Rohingnya, kita tahu mereka sudah sejak Burma (Myanmar) merdeka di tahun 1948 ditindas dan didiskriminasi. Sehingga mereka jadi relative terbelakang, apakah lantas mereka jadi tak pantas dibantu?

Adalah wajib oknum yang salah dan berbuat kriminal dari mereka dihukum di Pengadilan secara àdil.

Namun…

Kalau mereka banyak kurangnya, bukankah seharusnya kita lebih panjang lagi mengulurkan tangan kita untuk menutupi kekurangan mereka?

Kalau mereka kurang adab, maka bukankah menjadi tugas kita mengajarkan mereka adab?

Kalau agama mereka minim, maka bukankah itu menjadi tugas dari para duȁt untuk menda'wahi mereka?

(*)
Baca juga :