Saya mengenalnya sebagai sosok yang mandiri. Di tengah keterbatasannya, dia tak pernah meminta-minta. Pantang baginya meminta jika masih bisa berusaha sendiri.
Sosok difable itu begitu menginspirasi. Dia tak mau menjadi beban keluarganya. Itulah mengapa dia selalu keliling berjualan telur asin.
Meskipun, maaf, kakinya pincang dan bengkok, tapi dia selalu semangat mencari nafkah. Sudah lama sekali dia berjualan telur asin keliling. Sudah lebih dari 10 tahun.
Awalnya dia menggunakan sepeda onthel roda tiga. Meskipun dia kesulitan memegang setang dengan baik karena, maaf, tangannya bengkok, tapi dia tak menyerah.
Setiap hari selepas sholat subuh, dia mulai menata dagangannya berupa telur asin. Kemudian mulai mengonthel sepeda roda tiganya sambil menjajakan dagangannya. Peluh keringat selalu membasahi wajah dan tubuhnya. Kelelahan yang mendera tak dihiraukan. Semangat mencari nafkah menjadi tenaga pendorong utamanya.
Setelah hampir 10 tahun mengonthel sepeda menjajakan dagangan, Alhamdulillah ada orang baik yang tergerak hatinya untuk memberikan sepeda listrik untuknya. Diapun sangat terbantu. Tak lagi harus mengonthel yang menguras tenaga.
Kemudian di bulan Februari 2023, dia mendapat bantuan motor roda tiga dari Dinas Sosial. Saya ingat betul, dia sangat bahagia. Dan mengabadikan moment indahnya bersama motor mio roda tiga warna merah kesayangannya. Dia tersenyum sumringah naik motor barunya. Motor yang sangat membantunya berjualan keliling lebih jauh.
Namanya Mas Mukhlis Eko Nugroho. Meskipun difabel, tapi dia seorang aktifis di Solo. Dia rajin ikut kegiatan bakti sosial. Juga rajin menghadiri majelis taklim MTA.
Betapa kagetnya saya ketika mendengar kabar dia telah berpulang hari ini.
Meskipun saya hanya pernah berjumpa sekali dengannya, tapi serasa dekat. Kadang mas mukhlis inbox saya menanyakan biaya modif motor roda tiga.
Saat itu saya sedang memodifikasi motor roda tiga untuk da'i lereng Merbabu. Dan mas Mukhlis tertarik dengan hasil akhirnya yang sangat bagus. Tapi begitu tau biayanya yang tak murah, dia mundur teratur.
Mas Mukhlis orangnya ramah. Terkadang kami saling bertegur sapa di kolom komen. Itulah mengapa saya turut merasa kehilangan atas kepergiannya...
Dari Mas Mukhlis, saya belajar arti kata semangat. Meskipun kondisi fisik Mas Mukhlis tidak normal, tapi dia selalu mandiri. Dia tak mau merepotkan orang lain. Bahkan dia masih sempat ikut kegiatan sosial.
Selamat jalan Mas Mukhlis...
Semoga kelak engkau bertemu bidadari di sana...
Terkadang sedih melihatmu galau karena tak ada perempuan yang mau denganmu...
Tapi insya Allah di akhirat nanti, engkau bisa berjumpa dengan bidadarimu...
Innalilahi wa inna ilaihi raji'un...
Allohummaghfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu....
(Widi Astuti)