Oleh: Joko Intarto
Selepas Jumatan di Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah, saya jalan-jalan di sekitar Menteng. Tidak sengaja bertemu pedagang kopi keliling "Kopi 8K" yang sempat viral itu. Ngobrol lah saya dengan Ridwan, pemuda asal Indramayu yang sudah berjualan minuman susu selama 6 bulan itu.
Hari ini cuaca mendung sejak pagi. Di Menteng malah sempat hujan rintik-rintik. Ridwan berteduh saja di halte bus di samping Menteng Huis. "Penjualan saya hari ini kurang bagus," kata Ridwan.
Bagus itu ada ukurannya. Menurut Ridwan, penjualan bagus kalau laku minimal 200 cup. Biasanya ia bisa menjual 300 cup. Tapi hari ini, hingga lepas Zuhur baru laku 70 cup.
"Apakah berpengaruh pada pendapatan?" tanya saya.
"Tidak sih. Karena saya karyawan. Laku atau tidak laku, tetap gajian. Cuma kalau lakunya sedikit tidak ada bonusnya," kata Ridwan.
Ternyata manajemen Kopi 8K menerapkan gaji untuk semua pedagangnya. Per bulan setiap pedagang mendapat gaji Rp4,5 juta.
Untuk menjual minuman, para pedagang diberi alat kerja berupa becak listrik. Kalau di perjalananan kehabisan setrum, pedagang bisa tetap berkeliling dengan cara menggowes becaknya.
Saingan Kopi 8K, kata Ridwan hanya satu: Starling alias Starbucks Kelililing yang dijajakan para pemuda dengan sepeda mini.(jto)