Kejadian kaum muslimin di masa Ibnu Taimiyah melawan Tartar (Mongol), seakan terulang kembali pada saat ini melawan Israel, umat Islam terbagi menjadi 3 golongan

[PORTAL-ISLAM.ID] Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah dikenal sebagai Ulama dan Mujahid sekaligus. 

Ibnu Taimiyah lahir 10 Rabi'ul Awwal 661 H/ 22 Januari 1263 M di Harran, Turki. Dan meninggal pada 20 Dzul Qa'dah 728 H/ 26 September 1328 di Damaskus, Suriah. (umur 65-66 tahun).

Dia pernah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol (Tartar) di Syakhab, dekat kota Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan dia mendapat kemenangan yang gemilang. Pada Februari 1313, dia juga bertempur di kota Jerussalem dan mendapat kemenangan. Dan sesudah itu, dia tetap mengajar sebagai Ulama.

Dalam Kitabnya yang paling terkenal “Majmu' Fatawa”, Ibnu Taimiyah menjelaskan keadaan kaum muslimin dalam menghadapi serangan pasukan Tartar. 

Kitab “Majmu' Fatawa” adalah kumpulan fatwa Ibnu Taimiyah mengenai akidah, tauhid, fikih, ushul, hadits, tafsir, dll. Kitab yang sangat tebal, terdiri dari 37 jilid, masing-masing jilid memuat ratusan halaman. Dikumpulkan dan diklasifikasi oleh Abdurrahman ibn Muhammad ibn Qasim yang dibantu oleh putranya, yaitu Muhammad ibn Abdirrahman ibn Muhammad ibn Qasim. Diterbitkan atas perintah Raja Fahd Abdul Aziz Alu Sa’ud (1921 – 2005), dicetak oleh Mujamma’ al-Malik Fahd li Thaba’ah al-Mushaf al-Syarif, Madinah Munawarah, di bawah pengawasan Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah, dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi.

Dalam kitab Majmu' Fatawa mulai jilid 28 di halaman 416, Ibnu Taimiyah menjelaskan keadaan kaum muslimin dalam menghadapi serangan pasukan Tartar. 

Beliau mengatakan keadaan kaum muslimin saat itu terbagi menjadi tiga sikap:

1. Tha`ifah Manshurah yaitu mereka yang berperang melawan Tartar meski dengan kekuatan yang tidak berimbang. Mereka berjihad dengan apapun yang mereka bisa meski hanya dengan harta dan lisan.

2. Tha`ifah Mukhalifah yaitu mereka kalangan muslim yang malah mendukung pasukan Tartar yang zalim ini.

3. Tha`ifah Mukhadzdzilah yaitu mereka yang tidak mau ikut perang dengan berbagai alasan meski keislaman mereka benar.

Beliau katakan juga tidak ada kelompok keempat sehingga setiap orang hendaknya introspeksi dia sepantasnya ada di kelompok mana.

Selanjutnya pada halaman 420 Ibnu Taimiyah sampai bersumpah kalau Abu Bakar, Umar dan lainnya masih hidup pastilah mereka akan berjihad melawan Tartar. 

لَكَانَ مِنْ أَفْضَلِ أَعْمَالِهِمْ جِهَادُ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ

"Pastilah yang jadi amal terbaik mereka adalah jihad melawan kaum mujrimin tersebut (maksudnya pasukan Tartar)."

Di paragraf berikutnya Ibnu Taimiyah menerangkan tak boleh ada yang ketinggalan dalam jihad kecuali yang uzur yaitu yang sakit, faqir dan buta dan semisalnya. Inilah kondisi lemah yang diberi uzur untuk tidak ikut berjihad. Tapi yang sehat harus mencari jalan untuk itu.

Di sini juga beliau mengatakan yang punya harta tapi tak mampu berjihad dengan raga maka gunakan harta untuk membantu para pejuang. Yang tak punya harta, tapi kuat raganya maka ambil harta dari zakat atau apapun untuk membeli peralatan.

Beliau juga mengatakan jihad adalah sebaik-baik pembersih dosa. Jadi pasukan untuk melawan kafir ini tidak menunggu orang-orangnya pada Soleh semua, justru kalau banyak dosa tobat paling efektifnya adalah terjun ke medan perang.

Berikut teksnya (hal. 421-422):

وَمَنْ كَانَ كَثِيرَ الذُّنُوبِ فَأَعْظَمُ دَوَائِهِ الْجِهَادُ؛ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَغْفِرُ ذُنُوبَهُ كَمَا أَخْبَرَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ بِقَوْلِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: {يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ}

"Siapa yang banyak dosa maka obat paling ampuhnya adalah jihad, karena Allah akan mengampuni dosanya dengan itu sebagaimana firman-Nya, "Dia akan mengampuni dosa-dosamu".... (sebagaimana surat Ash-Shof ayat 12 -red)  

Sejarah selalu berulang dengan tokoh dan pemeran yang berbeda, tapi esensi tetap sama. 

Kini, serangan orang kafir tak kalah massif dengan yang terjadi di masa Ibnu Taimiyah, lalu siapakah para ulama yang menjalankan peran Ibnu Taimiyah ini, mengajak dan menyeru kepada para pemimpin dunia Islam untuk membersamai para mujahidin yang darurat bantuan?

(Oleh: Ustadz Anshari Taslim)


Baca juga :