GILA SEDEKAH
Oleh: Joko Intarto
Orang-orang yang ’gila sedekah’ itu memang ada. Dalam riset konten buku ‘’Best Practice Wakaf Kontemporer’’ yang sedang berlangsung, saya menemukan banyak data yang ‘wow banget’.
Gara-gara sering menulis soal wakaf, seseorang menghubungi saya Selasa siang. Ia menanyakan, bagaimana sistem operasional dan prosedur berwakaf di Muhammadiyah. Rupanya ia diminta tolong mbakyunya yang akan mewakafkan sebidang tanah seluas 500 meter persegi berikut masjid Assaydah Khodijah yang hampir rampung pembangunannya. Lokasinya di Bekonang, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Segera saya hubungi sekretariat Majelis Pendayagunaan Wakaf PP Muhammadiyah untuk meminta SOP wakaf tanah dan bangunan. Beres.
Saya hubungi Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah untuk teknis selanjutnya. Seusai ashar saya dikontak Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sukoharjo.
Menjelang magrib, orang yang menghubungi saya mengabarkan kalau sudah berkomunikasi dengan nazir wakaf PDM Sukoharjo.
Alhamdulillah. Proses pelayanan wakaf yang diberikan PWM Jawa Tengah dan PDM Sukoharjo boleh dibilang ‘sat-set’ dan ‘tas-tes’. Menandakan mereka cukup berpengalaman menangani proses wakaf aset.
Apalagi aset yang diwakafkan memang sudah dalam kondisi siap pakai. Bangunan masjid sudah berdiri. Pekerjaan tersisa hanya Pembangunan pagar dan taman saja. Sertifikat pun sudah berstatus hak milik atas nama wakif yang siap dibalik nama menjadi PDM Sukoharjo.
Wakaf aset merupakan praktik wakaf konvensional. Praktik ini sudah berjalan sejak masa kenabian 15 abad yang lampau. Dalam perkembangannya, para ulama memperluas pengertian ‘harta yang bisa diwakafkan’ selain tanah dan bangunan. Muncullah saat ini praktik wakaf model baru dalam bentuk uang yang berasal dari manfaat surat berharga syariah, sukuk, saham, deposito, polis asuransi, digital asset, alat produksi dan profesi.
Wakaf model baru inilah yang dikenal dengan sebutan wakaf kontemporer. Karena wujudnya uang, wakaf menjadi amal jariyah yang bisa ditunaikan siapa saja. Wakaf bisa ditunaikan dengan mudah melalui aplikasi digital yang bisa dioperasikan menggunakan device smartphone.
Iseng-iseng saya googling menggunakan keyword ‘wakaf’. Ternyata banyak informasi tentang orang yang siap berwakaf. Setelah saya buka, isinya adalah janji manis para politisi dari kelas calon bupati hingga calon presiden yang menyatakan siap mewakafkan dirinya untuk menjadi pemimpin. 😁😂
Hati-hati.... wakaf jenis ini cuma gombalan para politisi yang hampir pasti tidak terbukti alias ngapusi. Buktinya ada politisi yang menarik kembali karpet masjid gara-gara gagal jadi bupati.
*Foto: Masjid Assaydah Khodijah yang akan diwakafkan ke PDM Sukoharjo, Jawa Tengah.