Dari Fauzil Adhim UNTUK PENGGEMBOS JIHAD

Mohammad Fauzil Adhim:

Seandainya dakwah yang benar tidak pernah ada benturan, bahkan benturan yang sangat keras, tentu RasuluLlah Muhammad ﷺ tidak perlu mencari dukungan ke Thaif. Tetapi di kampung yang pernah ditinggali tersebut, beliau bukan disambut. Beliau bahkan dilempari.
Seandai perjuangan yang benar itu hanya yang bersifat diplomasi tanpa ada perang, maka beliau ﷺ tentu tidak perlu berperang. Seandainya tanda matangnya pemahaman agama itu ditunjukkan dengan diplomasi tanpa mengenal medan pertempuran, maka siapakah yang lebih tinggi dan lebih mulia pemahaman serta ketaatannya kepada agama ini dibandingkan RasuluLlah ﷺ?
Akan tetapi RasuluLlah ﷺ menyeru, berlaku penuh kasih-sayang, dan sekaligus beliau berkali-kali terjun di medan perang. Wajahnya yang mulia bahkan pernah luka sangat dalam. Di Perang Uhud yang tak jauh dari masjid Nabawi, beliau mengalami luka-luka yang amat serius
Seperti apa luka yang beliau alami saat itu? Giginya patah, bibir bawahnya sobek, dan keningnya terluka lebar. Lalu lihatlah, dua mata besi masuk melukai pipinya yang mulia. Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyaLlahu ‘anhu kemudian segera bergegas mencabut dua mata besi di pipi RasuluLlah ﷺ itu dengan giginya. Sedemikain dalam dan keras menancap di wajah beliau, sampai-sampai gigi Abu ‘Ubaidah copot.
Seandainya untuk berperang, kekuatan harus seimbang bahkan lebih besar, tentu tak perlu ada Perang Badar. Jumlah pasukan muslimin hanya 314 berbanding 1000 di pihak musuh. Perang Uhud kekuatan muslimin 700 orang melawan 3000 pasukan penunggang unta dan 200 pasukan berkuda. Sedangkan pada Perang Khandaq, 3000 pasukan muslimin 10.000 pasukan musuh. 
Seimbang? Sangat tidak seimbang. Kekuatan muslimin jauh lebih kecil dibandingkan kekuatan musuh saat itu. 
Di Perang Uhud, sedikitnya ada 70 sahabat yang menjadi syuhada. Rasulullah ﷺ memerintahkan mengubur mereka pada lokasi mereka terbunuh. 
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah ﷺ menghimpun dua orang syuhada dalam satu kafan kemudian beliau berkata, “Siapakah yang paling banyak hafal Al-Qur’an?” Apabila sahabat menunjuk salah satunya, Rasulullah ﷺ memasukkannya lebih dahulu ke liang lahad seraya berkata, “Aku menjadi saksi mereka kelak pada hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Ini hanyalah sekedar contoh sederhana di antara sangat banyak contoh. Seluruhnya menunjukkan bahwa berperang fii sabiliLlah dalam keadaan tidak memiliki kekuatan yang seimbang bukanlah karena diperalat untuk Yahudi maupun Syiah Rafidhah. Di masa RasuluLlah ﷺ membina dakwah di Madinah, Syiah belum ada.

(fb)

Baca juga :