Cuma Sekedar Semangat...
Bulan lalu sejumlah Ulama Sunni-Syiah berkumpul di Tehran, membahas konstelasi perang yang terjadi di Gaza, antara euphoria dan disforia. Di satu sisi senang dengan ratusan tank zionis hancur dan ratusan tentara zionis tewas, di sisi lain 21 ribu rakyat sipil, sebagian besar anak-anak dan wanita di Gaza meninggal dunia, 55 ribu lebih mengalami luka luka dan ribuan rumah hancur!
Panitia mengundang seorang anak muda yang berhasil keluar dari Gaza untuk menceritakan bagaimana kekejaman zionis di Gaza selama sebulan terakhir. Suasana ruangan pertemuan itu tiba tiba saja penuh dengan emosional bercamput antara marah dan sedih, isak tangis pun tak terbendung. Setelah acara selesai, semua delegasi kembali ke negara masing-masing, tentunya sebelum kembali beberapa orang delegasi menyempatkan diri membeli oleh-oleh seperti Zafron Iran atau beberapa batu cincin.
Suasana yang sama juga terjadi 900 tahun lalu di Baghdad, Damascus, Cairo dan kota kota Negeri Sham lainnya. Ketika delegasi dari Quds datang meminta pertolongan kepada Sultan-Sultan Seljuk dan Fatimiyah di Cairo, Aleppo, Baghdad dan Damascus dan menceritakan pada yang dilakukan pasukan Salibis di Bumi Palestina.
Melihat Sultan-Sultan tidak mampu mengumumkan jihad, para rakyat menyerang Istana menuntut jihad. Bahkan di Aleppo para wanita menyerang mesjid dan menghancurkan mimbar sebagai bentuk "kekesalan" atas kebijakan pemerintah.
Ribuan orang menangis di Masjid Agung Bani Umayyah di Damascus ketika mendengar kisah pembantaian warga Quds oleh Ksatria Templar tanpa membedakan wanita dan anak-anak, muslim, ataupun yahudi, bahkan nasrani juga dihajar.
Setelah menangis mendengar kisah itu, mereka kembali ke rumah masing-masing dan melanjutkan hidup seperti biasa.
Sebagian Ulama berupaya untuk membangkitkan semangat jihad melawan pasukan Salibis. Muncul sejumlah ulama menuliskan tentang Jihad dan Keutamaannya. Sebut saja Abu Taher Al Silmy, menulis buku tentang jihad 12 juz!
Tafsir-tafsir dan hadis-hadis tentang fadhilah Baitul Maqdis pun bermunculan. Sheikh Burhanuddin menulis buku Muntakhab fi Fadhail Baitil Maqdis. Ada lagi buku Al Unsul Jalil bi Tarikh Quds wal Khalil, karya Sheikh Abdurrahman Ulaimy. Dalam buku itu Ulaimy menukil pernyataan Abu Amr Al Shaybani bahwa tidak sah seorang menjadi khalifah kalau belum menguasai dua masjid; masjidil haram dan masjid Baitul Maqdis! Itu semua untuk meng-encourage (mendorong) para Sultan dan Khalifah untuk mengumumkan jihad, jangan cuma mengutuk dan mengecam.
Diantara karya fenomenal yang lahir setelah melihat kondisi umat yang mengkhawatirkan itu adalah Ihya Ulumiddin, karya Imam Abu Hamid Al Ghazali. Beliau menulisnya di salah satu zawiyah masjid Bani Umayyah di Damascus, yang hari ini masih menjadi saksi yang disebut dengan Zawiyah Al Ghazali.
Dari upaya-upaya itu secara akumulatif, muncullah Sultan Salahuddin Al Ayyubi yang kemudian hari membebaskan Baitul Maqdis dari tangan pasukan Salibis...
(BY Saief Alemdar)
________
*Gambar atas Milisi Yaman yang bukan cuma sekedar semangat... tapi aksi nyata membela Palestina... Media menuliskannya "Dalam satu langkah, Ansarallah Yaman telah melakukan skakmat terhadap barat dan tatanan berbasis aturannya".