BOIKOT dan IRONI DI TANAH SUCI
Oleh: Ustadz Budi Ashari
Izinkan saya sedikit berkisah di awal tulisan ini. Suatu hari saya menghadiri sebuah kajian yang disampaikan oleh seorang Syekh dari Palestina di Jakarta. Di tengah menyampaikan kajian, Syekh tersebut tersedak dan batuk-batuk. Panitia segera menyodorkan minuman merek tertentu. Tetapi anehnya Syekh tersebut tidak menyentuhnya dan terus mengisi sambil batuk-batuk.
Setelah selesai, kami mengerumuni beliau kemudian beliau disodori teh dan beliau meminumnya sambil berkata, "Teh Jawa lebih saya sukai daripada air yang pelurunya dipakai untuk menembaki kami. Kami yang merasakannya!"
Saat itu memang tidak sedang terjadi perang di Palestina, sehingga membuat panitia dan kita-kita kehilangan sensitifitas terhadap hal tersebut. Maafkan kami, Syekh...
Di perang saat ini, inisiatif boikot produk-produk Israel dan produk-produk yang mendukung Israel kembali menggema. Berbagai berita tentang pemboikotan di berbagai negeri terlihat sangat serius. Bahkan ada cara-cara yang unik dilakukan oleh muslimin di berbagai negara dalam memboikot.
Dan nyata terlihat hasilnya seperti dalam liputan video TRT World ini:
Strabuck's terlihat kosong tempatnya di berbagai tempat dan jatuhnya harga saham. Sahamnya turun 10,8% sejak 16 November, itu artinya kerugian 13,26 Milyar US Dollar dari nilai perusahaan di pasar. Sahamnya terus turun secara konsisten. Cabangnya di beberapa negara terpaksa tutup.
Mc Donald's mengalami kerugian, di sebagian tempat penjualannya turun hingga 80% yang menyebabkan mereka terpaksa mengurangi jumlah karyawannya.
Puma menghentikan kerjasama dengan kesebelasan Israel.
Zara meminta maaf kepada pelanggannya setelah sempat menaikkan gambar yang tidak punya rasa.
Di Maroko dua merek ternama Starbuck's dan H&M menyatakan keluar dari negara tersebut.
"Jangan pernah percaya kalau ada yang berkata kepada anda bahwa boikot tidak memberi dampak," kata seorang wanita tak berjilbab di video TRT World itu.
Berikut data penting 10 merek yang memberikan sumbangan uang tahunan kepada Israel:
1. Google = 10 juta US$
2. Facebook = 15 juta US$
3. Boeing = 20 juta US$
4. LG = 25 juta US$
5. Adidas = 30 juta US$
6. Nestle = 50 juta US$
7. Pepsi = 75 juta US$
8. Papa John's = 100 juta US$
9. Mc Donald's = 150 juta US$
10. Coca cola = 200 juta US$
Ini sepuluh merek yang terus terang membela dan memberikan uang mereka untuk Israel dan jumlah angka yang disampaikan secara terbuka. Tapi berapa angka sesungguhnya, kita sudah hapal dengan pola Israel memberitakan. Belum lagi perusahaan-perusahaan yang memberi sumbangan di balik meja dengan angka fantastik.
Starbuck's tidak masuk di jajaran pemberi sumbangan di atas, karena mereka mengklaim tidak ikut menyumbang. Tetapi berikut data penting tentang starbuck's:
1. Di Israel (Negeri Palestina yang mereka rampas) saja terdapat lebih dari 100 cabang starbuck's dengan lebih dari 3000 karyawan
2. Mempunyai pabrik kopi di Israel
3. Tahun 2014 Starbuck's menolak lantang di dunia internasional tentang keputusan PBB yang menghentikan serangan Israel ke Palestina
4. Sebagian sumber mengatakan bahwa yang disumbangkan ke Israel berkisar antara 50-100 juta US$
Berikut data lainnya:
1. Mc Donald's mempunyai lebih 200 cabang di dalam Israel
2. Coca cola mempunyai pabrik di dalam Israel dan merupakan salah perusahaan terbesar di timur tengah
3. Domino's Pizza mempunyai lebih dari 100 cabang di Israel dan termasuk salah satu pasar terbesar di timur tengah
Mungkin saja, semua data di atas sudah kita kantongi. Bahkan kita pun sudah ambil bagian dalam jihad boikot ini dalam batas yang kita mampu.
Ironi di Tanah Suci
Tapi yang sangat miris adalah, saat menulis ini saya sedang dari tanah suci. Dan merek-merek yang nyata-nyata berafiliasi dengan Israel masih memiliki antrean panjang para pembelinya setiap hari. Sebuah ironi jika dibandingkan dengan beberapa negara lain.
Sesungguhnya kesalahan tidak sepenuhnya terletak pada masyarakat Arab, sebab memang FATWA sebagian Ulama mereka justru melarang melakukan pemboikotan terhadap merek-merek tersebut.
Sungguh, kalau ada yang bisa memahamkan kepada saya mengapa fatwa itu keluar, saya meminta diberitahu. Hanya dengan dalih bahwa merek-merek itu sudah milik orang-orang di negeri tersebut dan para karyawannya juga muslimin. Rasanya terlalu remeh untuk saya jawab ini.
Di sisi lain, ada tekanan politik dari negara-negara Barat kepada perusahaan-perusahaan yang tidak memberikan sumbangan ke Israel dan memberikan hukuman kepada yang melakukan pemboikotan kepada Israel. Sebagaimana beberapa negara Barat yang tidak memberikan kontrak kerjasama kepada perusahaan yang melakukan pemboikotan kepada Israel. Segitu vulgarnya mereka. Dan segitu lemahkah mereka yang digelari Ulama?
Dan satu lagi, orang awam saja tahu konsekuensi menggunakan merek orang lain.
Yang lebih naif lagi ada yang mencoba berdalih bahwa hal itu tidak dilakukan oleh Nabi. Subhanalloh, Nabi tidak hanya memboikot merek, tapi Nabi membuat pasar dengan semangat jelas: akan saya buatkan pasar yang membuat yahudi marah lebih besar.
Apakah data seperti ini tidak diketahui? Jika tidak diketahui, bagaimana berani berfatwa. Jika diketahui, anda tahu jenis apakah si pemberi fatwa itu.
Ini mengingatkan saya pada buku berjudul:
الإسلام بين جهل أبنائه وعجز علمائه
(Islam di antara kebodohan pengikutnya dan kelemahan ulamanya)
Buku yang dicetak pertama tahun 1970 itu, disayangkan masih saja relevan sampai hari ini.
Baiklah, tidak perlu diperpanjang perdebatan tidak menarik ini. Ada kalimat menarik, catat baik-baik:
KALAU ANDA BUKAN SUARA KEBENARAN
JANGAN SAMPAI MENJADI SAHAM KEBATILAN