Tanggapan: Ustadz Taufik M Yusuf Njong
".... Karena demi Allah, tidak akan memimpin gerombolan tikus kecuali seekor tikus.."
Penggalan kalimat diatas saya nukilkan dari ceramah Ust Riyadh Bajrey agar rakyat berhenti mengeluh kepada pemerintah. Karena pemimpin yang zalim ada disebabkan oleh rakyat yang zalim.
Dalam sebuah atsar disebutkan:
كما تكونوا يولي عليكم
"Sebagaimana keadaan diri kalian, seperti itulah kalian akan dipimpin"
Atsar ini sejalan dengan firman Allah:
وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ࣖ
"Dan demikianlah Kami berikan kuasa terhadap sebagian zhalimin atas zhalimin-zhalimin yang lain berangkat dari kezaliman yang mereka lakukan". [QS Al An'am: 129]
Pemimpin yang baik adalah cermin dari rakyat yang baik, begitu juga sebaliknya.
Namun merupakan hak Allah untuk kadang menjadikan seorang pemimpin yang baik untuk rakyat yang zalim sebagaimana terjadi di masa Utsman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib radhiallahu anhuma. Karenanya, sebaiknya tidak perlu bawa-bawa nama Allah bahwa gerombolan tikus hanya akan dipimpin oleh seekor tikus.
Diriwayatkan Ubaidah as-Salmani berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu,
“Wahai Amir al-Mu’minin, kenapa pada masa kekhalifahan Abu Bakr dan ‘Umar orang-orang pada tunduk kepada mereka berdua, padahal dunia pada masa itu lebih sempit dari jengkal tangan bagi mereka berdua lalu menjadi luas, sedangkan pada saat kau dan ‘Utsman memegang tampuk kekhalifahan, orang-orang tidak tunduk kepada kalian berdua, dan dunia yang telah luas menjadi lebih sempit dari jengkal tangan?”
‘Ali bin Abi Thalib menjawab, “Karena rakyat yang dipimpin oleh Abu Bakr dan ‘Umar itu adalah orang-orang seperti aku dan ‘Utsman, sedangkan rakyat yang kupimpin saat ini adalah orang-orang semisal kamu dan yang sepertimu.”
Jadi, pemimpin yang zalim memang ada karena rakyat yang zalim. Hanya saja ayat diatas tidak boleh dipahami searah, seolah-olah para pemimpin tidak punya andil dan menjadi sebab terhadap kerusakan atau kebaikan rakyat, lalu bersikap diam dari amar makruf nahi mungkar terhadap penguasa, dengan alasan penguasa jahat/zalim ada karena rakyat yang jahat & zalim. Padahal maksud dari:
نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ
adalah hubungan/sebab timbal balik.
Berikut ini beberapa hujjah bagaimana penguasa yang zalim/rusak/kufur menjadi sebab rusaknya rakyat:
وَاَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهٗ وَمَا هَدٰى
"Dan Firaun menyesatkan kaumnya, dan dia tidak memberi petunjuk" (QS Thaha, 79).
وَقَالُوْا رَبَّنَآ اِنَّآ اَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاۤءَنَا فَاَضَلُّوْنَا السَّبِيْلَا۠
"Dan mereka (orang-orang kafir pada hari kiamat) berkata: Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan pembesar kami lalu mereka menyesatkan jalan kami" (QS, Al-Ahzab; 67)
Dua ayat diatas menjelaskan bagaimana para penguasa/pemimpin berpengaruh dalam kerusakan dan kesesatan suatu kaum.
Dalam kitab Bidayah wa An-Nihayah, Ibnu Katsir mengatakan dalam biografi Khalifah Al-Walid Ibn Abdul Malik:
"Orang-orang mengatakan bahwa obsesi Al-Walid adalah (mendirikan) bangunan dan seperti itulah rakyatnya, seseorang di zaman Al-Walid ketika berjumpa dengan yang lainnya bertanya: Apa yang hari ini kau bangun?
Obsesi saudaranya Al-Walid; Sulaiman bin Abdul Malik adalah pada perempuan, begitulah keadaan rakyatnya. Seseorang ketika bertemu dengan yang lainnya saling bertanya: Sudah berapa perempuan yang kau nikahi, atau ada berapa budak perempuan yang kau miliki?
Obsesi Umar bin Abdul Aziz adalah membaca Quran, sholat dan beribadah, seperti itu jugalah keadaan rakyatnya. Seorang rakyat bertanya kepada yang lain ketika bertemu: Berapa wiridmu, berapa kali kau membaca Quran tiap hari, kemaren kau sholat apa saja?
Orang-orang mengatakan bahwa manusia itu menurut agama para raja/penguasa mereka.
Jika mereka (para penguasa) adalah pemabuk maka banyaklah (orang yg meminum) khamar. Dan jika penguasanya adalah Homo maka seperti itulah rakyatnya. Jika penguasanya pelit begitulah rakyatnya. Jika penguasanya dermawan dan berani seperti itulah rakyatnya. Jika penguasanya tamak, zalim dan penipu begitulah rakyatnya. Jika penguasanya beragama, bertaqwa dan baik maka seperti itulah rakyatnya. Hal seperti ini bisa didapati dibeberapa zaman dan pribadi-pribadi, wallahu a'lam."
Diriwayatkan bahwa Utsman ibnu Affan berkata:
إنَّ اللهَ يزعُ بالسلطانِ ما لا يزعُ بالقرآنِ
"Sesungguhnya Allah mencegah dengan penguasa apa yang tak dapat dicegah dengan Al-Quran."
Pengaruh baik dan buruknya rakyat karena pemimpin bisa dilihat di banyak masa. Mesir adalah negara Kristen sebelum umat Islam datang kemudian dibuka oleh Amru ibn Ash maka umatpun berbondong-bondong masuk Islam. Turki yang sebelumnya adalah pusat kekhalifahan berubah menjadi negara sekuler begitu juga dengan masyarakatnya karena seorang pemimpin buruk (Kamal Attaturk).
قال اﻹمام الغزالي:إن فساد الرعايا بفساد الملوك و فساد الملوك بفساد العلماء و فساد العلماء باستيلاء حب المال و الجاه
Imam Ghazali berkata:
"Sesungguhnya rusaknya rakyat itu disebabkan oleh rusaknya penguasa dan rusaknya penguasa dusebabkan oleh rusaknya para ulama dan rusaknya para ulama disebabkan cinta mereka kepada dunia dan pangkat."