ANTARA GIBRAN DAN ANIES
Semua orang tahu, Solo adalah kandang Banteng. Sejak era Reformasi dimulai, Walikota Solo selalu dari PDIP. Bahkan Jokowi sendiri diusung oleh PDIP. Siapapun yang didukung PDIP, selalu menang dalam Pemilihan Walikota Solo. Setidaknya sampai saat ini.
Begitu juga tahun 2020. PDIP awalnya sudah punya kader sendiri yang akan diputuskan maju dalam Pilkada Solo. Seorang kader senior yang sudah sangat berpengalaman, kader yang tidak hanya dihormati oleh PDIP, tapi juga oleh tokoh-tokoh lain dan warga Surakarta sendiri. Tanpa kampanye pun PDIP bisa menang mudah.
Lalu seorang pemuda yang beberapa bulan sebelumnya mengaku tidak tertarik politik, tiba-tiba punya hasrat untuk jadi walikota.
Tanpa perlu berjuang, tanpa perlu berkeringat, hanya bermodal orang pusat, sang pemuda berhasil menyingkirkan calon senior yang sebenarnya sudah diputuskan maju sebagai Cawali oleh internal partai, dan selanjutnya si pemuda 'berhasil' menang mudah melawan paslon boneka yang juga dipilihkan oleh orang pusat.
Walaupun sudah banyak berkorban demi sang pemuda, apa yang didapatkan PDIP di Pilpres 2024 ini sebagai balasan?
Sang Pemuda dan keluarganya berpaling dan melawan partai yang sudah membesarkan mereka. Tragis.
Mari bandingkan dengan Anies Baswedan.
Salah satu Cagub peserta Pilkada DKI adalah petahana yang digadang-gadang akan memenangkan pemilihan dengan mudah. Tidak hanya bermodalkan status sebagai petahana, tapi juga didukung dana melimpah dan posisinya sebagai 'media-darling'.
Sementara Gerinda tidak punya kader mumpuni yang bisa diandalkan untuk melawan petahana.
Lalu PKS menyodorkan nama Anies Baswedan.
Gerindra menyetujui dengan syarat Cawagubnya kader mereka, yaitu Sandiaga Uno.
Jadi sejatinya Gerindra bukannya sama sekali tanpa pamrih. Kader mereka tetap maju. Yang sama sekali tidak mendapat apa-apa justru PKS. Gerindra tetap diuntungkan karena masih ada kader mereka dalam pemilihan.
Dan ketika Prabowo mengajarkan Sandiaga Uno 'mengkhianati' warga DKI yang sudah memberi Sandi amanah sebagai Wagub saat menggandengnya sebagai Cawapres, Gerindra masih bisa mengisi posisi Wagub dari kadernya. PKS tetap tidak mendapat apa-apa.
Anies tidak pernah meminta dicalonkan.
Anies tidak pernah menikung calon lain.
Anies tidak mengkhianati tugas yang dibebankan parpol-parpol yang mengusungnya dan masyarakat yang memilihnya, dengan cara menuntaskan tugas yang sudah diamanahkan kepadanya.
Anies bahkan membantu Gerindra mempertahankan suara mereka di DKI setelah mereka oleng ditinggal Ahok.
Dari dua kasus di atas, sebenarnya siapa yang pantas disebut sebagai pengkhianat? Dan partai mana yang lebih pantas disebut ikhlas?
(By Wendra Setiawan)