SKENARIO GAGAL KUBU GANJAR

Rembang Melawan, Pidato Megawati, dan Pidato Ganjar

Oleh: Hasyim Muhammad

Pidato Ganjar Pranowo pada pengundian nomor urut di KPU kemarin (14/11) makin memperjelas kecurigaan saya bahwa 2 acara hari Minggu (12/11) lalu yaitu Rembang Melawan dan Pidato Megawati, adalah rangkaian acara yang dipersiapkan oleh Kubu Ganjar.

Dan menurut saya, skenario acara itu akhirnya tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Atau bisa dibilang: gagal.

Pada pidatonya kemarin, Ganjar menyebut ada kegelisahan dari tokoh agama, guru bangsa, seniman, budayawan, jurnalis, pemred, dan aktivis mahasiswa.

Ucapan itu jelas merujuk ke acara "Rembang Melawan" yang membajak nama besar Gus Mus dengan publikasi acara bertajuk Majelis Permusyawaratan Rembang.

Mari kita coba bahas kronologinya:

Ada daftar nama beberapa tokoh bangsa yang diundang ke Rembang. Mereka diundang. Mereka diajak bertamu (sowan) ke rumah Gus Mus di Rembang.

Namanya juga diundang untuk sowan ke tokoh besar, tentu saja banyak yang tertarik untuk hadir.

Setelah udangan tersebar, para tokoh yang diundang plus tuan rumah (Gus Mus) digambar dalam sebuah poster cantik dengan judul: Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR).

Acara dikemas seakan-akan mereka semua itu secara aktif "ingin berkumpul". Seolah-olah Gus Mus sebagai Guru Bangsa memanggil mereka semua. Acara dikemas seperti ada "kegelisahan darurat" yang harus dibicarakan oleh tokoh bangsa. Acara pun dibuat kesan netral dengan tidak mendatangkan figur partai atau capres/cawapres.

Poster yang dibuat pun sangat keren. Kalau bukan orang media, rasanya nggak akan terpikir buat poster sebagus ini. Link Youtube disiapkan. Bahkan konferensi pers pun disiapkan. Terlihat matang sekali persiapannya.
Bahkan sehari sebelumnya, akun Instagram Ganjar sudah uwus-uwus alias menebarkan asap dengan topik kegelisahan yang sama supaya acara "MPR" (yang nantinya dikonversi buzzer menjadi: Rembang Melawan) akan "meledak".

Acara itu memang diharapkan viral, dan akan dipertajam lagi dengan Pidato Megawati (di hari yang sama) dengan membahas kegelisahan yang sama.

Megawati, Ganjar, dan tokoh PDIP lain tentu tak boleh terlihat di acara di Rembang supaya itu terlihat murni "gerakan" tokoh bangsa.

Sayangnya, tidak semua tokoh yang diundang itu hadir. Hal ini tentu menunjukkan bahwa tokoh bangsa yang digambar di flyer itu tidak menganggap itu acara yang urgent.

Di sisi lain, tokoh yang terlanjur hadir, mereka semacam terjebak dalam acara yang tak sepenuhnya mereka pahami. Tiba-tiba mereka "dipaksa" ikut memberi keterangan pers setelah acara sowan.

Apa yang disampaikan para tokoh dalam konferensi pers terlihat tak seragam. Bagaimana bisa seragam, lha wong mereka tidak dalam posisi sedang membahas sebuah masalah, kok?

Bayangkan, orang habis sowan dan ngobrol sama Gus Mus saja kok tiba-tiba disuruh memberi keterangan pers?

Meski begitu, video keterangan pers (yang tak seragam itu) sudah langsung diproses oleh "panitia" untuk bahan buzzing hari Minggu (12/11) malam dengan hashtag #RembangMelawan.

Setiap tokoh yang materinya "cocok", videonya sudah diedit dan siap diedarkan.

Maka "Rembang Melawan" menjadi trending topic di Twitter X malam itu. Dan jika Anda coba search hashtag itu sekarang, maka yang keluar adalah para pendukung Ganjar. Materinya hampir semua sama. Dan terlihat sekali semua itu dipersiapkan dengan sistematis.

Bagi saya, gerakan itu sangat memalukan. Mereka semacam merendahkan Gus Mus dan tokoh-tokoh yang diundang dengan cara "memaksa" mereka masuk dalam skenario Rembang Melawan.

Acara Rembang Melawan itu jelas bukan gerakan Tokoh Bangsa. Itu hanyalah acara sebuah kepentingan politik yang mendompleng nama para tokoh bangsa untuk menyerang langkah politik Jokowi dan pasangan Prabowo-Gibran.

Dan sangat jelas, akun-akun yang gencar menyuarakan acara ini adalah pendukung Ganjar. Bisa dibilang tak ada akun pendukung Anies-Muhaimin di sana. Jadi wajar kalau banyak yang menganggap acara ini adalah skenario pendukung Ganjar.

Ditambah lagi, di hari yang sama, Megawati juga "tiba-tiba" mengeluarkan pidato resmi ke publik.

Pidato resmi pakai teks, bukan spontan, sehingga jelas semua materi dan waktunya telah disiapkan dengan matang. Di hari para Tokoh Bangsa bertemu.

Ada 2 isu besar di tanggal 12 November. Rembang Melawan dan Pidato Megawati. Seharusnya 2 acara itu mampu "menggegerkan" publik.

Namun faktanya, publik tak terbawa gerakan itu. Masyarakat adem ayem dan tak terbawa isu itu.

Skenario 12 November pun gagal total.

Celakanya lagi, skenario ini masih dilanjutkan hingga undian nomor urut kemarin pada Pidato Ganjar.

Momentum skenario 12 November sudah gagal, masih dicoba dipaksakan di pidato usai undian nomor urut. Hasilnya, makin tak menggembirakan. Pidato Ganjar seperti pidato yang salah tempat.

(Sumber: @hasyimmah)
Baca juga :