Sekilas tentang konflik di Yaman:
Presiden Ali Abdullah Saleh yang berkuasa sejak 1978, digulingkan oleh kekuatan militer Hutsi pada tahun 2012.
Kondisi Yaman pada saat itu dipenuhi ketidakpuasan karena pemerintahan Saleh yang terlalu diktator dan gagal mengurusi kemiskinan.
Saat itu, Presiden Yaman dan sejumlah menteri kabur ke Saudi dan menjalankan pemerintahan dari sana.
Lalu, Arab Saudi dan UEA memutuskan membantu presiden Yaman dan melancarkan Perang "Asifatul Hazm" (nama operasi militernya) kepada Hutsi, tetapi ternyata malah dikalahkan oleh Hutsi. Lalu, Presiden Saleh, terbunuh.
Wakilnya, Abdrabbuh Mansur Hadi, diangkat sebagai presiden resmi tetapi mundur pada tahun 2022.
Saat ini, yang ada bukanlah presiden tetapi semacam panitia negara bernama Dewan Kepresidenan, diketuai Rasyad Al-Alimi.
Akhirnya, di akhir masa pandemi kemarin perlahan-lahan konflik mereda dan terjadi perdamaian. Militer negara Yaman diwakili oleh Hutsi, dan pemerintahan resmi yang diakui internasional dipegang oleh Rasyad, Pjs. Presiden Yaman.
Nah. Siapakah yang nyatakan perang pada Israel?
Karena Dewan Kepresidenan tidak memiliki wewenang sejauh itu dan bisa dibilang pemerintahan Yaman sudah kalah, mereka tidak punya wewenang itu.
Atas nama Angkatan Bersenjata Yaman, maka kelompok Hutsi bertindak efektif seakan-akan negara Yaman itu sendiri.
Kita doakan negara Yaman agar pulih dari krisisnya.
Hebatnya, meskipun dilanda perang, tetapi para guru kita di Tarim dan Hadramaut seakan tidak terpengaruh dan tetap fokus ilmu.
Itu sebabnya, rata-rata guru atau kawan saya yang nasab ilmunya dari Yaman, mencegah saya dan melarang kita membicarakan sunni-syiah di ruang publik, apalagi di medsos.
Sangat penting menjaga perdamaian NKRI. Apalagi, faktanya sekarang secara militer, Hutsi benar-benar melawan Israel.
Fun factnya, dalam perang Yaman kemarin, Hutsi bahkan dianggap setara, bahkan lebih kuat dari Arab Saudi.
(Risalah Amar)