Sebenarnya saat ini, Hamas vs Israel, menang atau kalah? Inilah yang menarik didiskusikan. Perang punya banyak dimensi, yaitu militer, sosial, dan lain-lain.
Secara militer bisa saya katakan hasilnya imbang. Israel gagal hancurkan Hamas dan malah kehilangan banyak komandan, termasuk 335 tank mereka.
Hamas pun kehilangan banyak komandan tapi peralatan perang yang murah dan kecil-kecil itu tidak seberapa dibanding Israel.
Abu Ubaidah berkali-kali katakan bahwa Israel alami histeria karena tak bisa kalahkan Hamas di medan tempur, maka mereka menyasar warga sipil.
Kalau bicara kerugian sipil, di sini bedanya. Kita lihat Hamas dan Gaza bertahan sampai akhir jeda gencatan senjata. Sama sekali tidak bergeser dari tempatnya.
Artinya, 17 ribu jiwa lebih yang syahid itu sama sekali tidak melemahkan Hamas dan Gaza. Malah kita diperlihatkan banyak dukungan masyarakat dan simpati para tawanan.
Sebab memang, Hamas itu wujud perlawanan masyarakat. Bukan elemen luar yang datang lalu mengatasnamakan masyarakat Gaza.
Sisi kemenangan terbesar, justru ada pada citra dan psikologis. Kini semua orang Israel seakan dikepung oleh massa yang mencintai Hamas dan pro Palestina.
Bahkan detail sederhana seperti nama pasukan, sosok Abu Ubaidah, sampai informasi sekecil tawanan bernama Maya yang cinta kepada Hamas, menguasai media sosial betapapun Meta dan X mencegahnya.
Poster resmi, video resmi, sampai pidato Abu Ubaidah kini amat ditunggu. Ini adalah kemenangan rahasia yang diberikan Allah.
Sama seperti saat Rasulullah ﷺ menandatangani perjanjian damai dengan Quraisy di Hudaibiyah, dan Umar protes. Tapi justru Allah turunkan surat Al-Fath ayat 1: sungguh telah kami menangkan kamu, dengan kemenangan yang nyata!
Inilah kemenangan Hamas. Kini seluruh dunia tidak lagi buta dan lupa pada Palestina. Apapun yang dilakukan Hamas, akan direstui rakyat seluruh negara, dan para pemimpin negara di dunia yang anti Hamas malah akan dikepung demonstrasi besar dan kecaman publik.
Pernahkah kita lihat di masa modern, selain Hamas ini, yang berhasil memenangkan hati semua orang?
(Oleh: Risalah Amar)