Ibnu Ubay bin Salul, bersama gerombolan munafikin lainnya, berkomentar setelah banyak sahabat yang gugur di medan Uhud:
"Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". (Ali Imran: 168)
Imam al-Qurthubi menjelaskan, Uhud adalah ujian, dengannya Allah membedakan mana orang-orang menafik dan mana orang-orang yang shidiq.
Orang-orang munafik menjadikan jihadnya para sahabat dan keterlibatan mereka menjadi penyebab kematian mereka sendiri. Karena begitulah nalar berpikir mereka yang tidak mengerti arti kemuliaan dan hakikat kehidupan.
Maka Allah Ta'ala di ayat berikutnya menjelaskan:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْواتاً بَلْ أَحْياءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِما آتاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَاّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (170)
"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.
Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (3: 169-170)
Gaza menjadi pembeda, siapa pecundang, dan siapa pejuang. Gaza menjadi pembeda siapa manusia, siapa serigala berjubah manusia.
Wallahul Musta'an.
(Fajar Jaganegara)