Oleh: Saief Alemdar
Secara militer, Israel itu cukup kuat, menurut Global Fire Power militer Israel menduduki posisi ke 18 dunia, artinya di kawasan timteng Israel merupakan militer terkuat ke 4 setelah Turki, Mesir dan Iran. Sementara untuk kekuatan udara (air force) Israel kerap disebut berada di posisi ke 3 atau ke 5 di dunia!
Namun demikian, dalam eskalasi militer terakhir di Palestina, Israel benar-benar kelihatan seperti kelabakan, sampai-sampai Barat secara berjamaah membantu Israel secara politik, ekonomi dan militer. Padahal yang dilawan cuma milisi dan warga sipil, tidak lebih!
Isreal punya nuklir, tapi itu bukan senjata untuk digunakan, karena kalau sampai nuklir meledak di Gaza, bukan saja warga Gaza yang kena, tapi warga Isreal sampai ke Suriah, Lebanon dan Yordania serta Mesir pasti akan kena dampaknya. Senjata nuklir itu cuma sebatas military deterrence power, alias buat nakut-nakuti saja, tidak lebih.
Tapi, pada kenyataan di lapangan, tanpa bantuan udara dan senjata artileri yang kuat, pasukan yang melegenda sebagai "unbeatable army" (pasukan tak terkalahkan) itu mengalami kesulitan. Hanya saja mereka menggunakan metode scorched-earth policy (kebijakan bumi hangus), makanya lebih unggul, kota-kota dihancurkan, tanpa membedakan antara perumahan sipil, sekolah bahkan rumah sakit. Kalau Rusia menggunakan metode ini di Ukraina, mungkin operasi militer Rusia sudah selesai (berhasil) dari dulu.
Memang Isreal dalam misi genosidanya tidak menggunakan nuklir, tapi sejauh ini Isreal sudah menjatuhkan sekitar 18.000 ton bom di Gaza, jumlah itu hampir 2 kali kekuatan yang dijatuhkan di Hiroshima pada Perang Dunia 2! Sementara Arab Saudi asyik dengan pesta "Riyadh Season" tanpa mengindahkan pembantaian anak-anak dan wanita pada jarak 401 km dari perbatasannya.
Suka atau tidak, sejak tanggal 7 Oktober Israel itu menunggu Hizbullah, karena menurut survey, 90 persen rakyat Isreal lebih percaya pada kata-kata Hasan Nasrullah daripada kata-kata Netanyahu. Makanya reaksi Hizbullah melalui pidatonya yang katanya akan disampaikan pada 3 November menjadi salah satu "the most anticipated speech". Ternyata setelah pidato, semua ikut tenang, karena tidak ada deklarasi perang oleh Hizbullah.
Kekuatan politik Lebanon sebagian besar menentang perang, Hizbullah juga berpikir dua kali untuk intervensi dalam skala yang lebih besar, karena intervensi itu artinya mereka tidak hanya berhadapan dengan Israel, tapi juga dengan kapal-kapal perang AS dan Inggris yang sudah siap di laut tengah.
Jadi sangat berbahaya kalau berspekulasi demikian tanpa adanya kejelasan back up dari negara-negara besar di kawasan, khususnya Turki dan Mesir. Semuanya tidak ada yang berani melakukan langkah yang riil, hanya berani mengecam di majelis-majelis mereka sendiri, dan membiarkan rakyat mereka berdemo.
Aku teringat suatu ketika seorang sahabat dari Aljazair ketika tentara tentara Arab menyerang kelompok Houthi Yaman, dan rencana intervensi di Suriah, dia mengatakan "Aljazair tidak akan melakukan hal seperti itu, tentara Aljazair tidak akan berperang dengan sesama muslim ataupun sesama Arab. Tapi tentara Aljazair siap untuk jalan kaki kalau untuk perang melawan Isreal!"
Mesir, Arab Saudi, Emirates, mereka masih pada level kasih bantuan pampers dan roti untuk Gaza. Kalau kata el Vecino, "Kenapa kami tidak meminta bantuan makanan dan minuman kepada saudara saudara kami di negara Arab yang kaya, karena urusan makan dan minum itu urusan wanita!"
Ya, tidak ada yang siap dengan perang dunia ketiga, karena intervensi Arab membela Gaza seperti intervensi AS dan Inggris dalam membantu Isreal akan memicu perang besar di kawasan, atau bahkan perang dunia.
Tapi negara negara Arab itu punya senjata yang lebih kuat dari misil-misil AS dan Isreal, bisa digunakan untuk memenangkan perang ini.
Negara negara seperti Saudi, Emirate dan Qatar bisa menghentikan penjualan migas mereka ke Barat; Iran bisa menutup Selat Hormuz dan mengumumkan status darurat, sehingga tidak ada yang bisa lewat selat itu; Yaman punya Bab Mandib sebagai pintuk masuk ke Laut Merah; Mesir bisa menutup Terusan Suez; dan Turki punya hak untuk menutup selat Bosporus. Itu semua senjata yang cukup kuat untuk memenangkan perang ini, tapi sayangnya nyawa, harta dan tahta lebih dicintai...
(fb)