Catatan Naniek S Deyang:
Melihat Hasto menangis, Bu Mega berwajah muram sehingga usia tuanya begitu nampak, melihat Paloh yg demikian "marah", dan melihat orang-orang yg semua bicara demikian liar, apakah orang-orang itu ingat berapa puluh atau ratus kali Pak Prabowo terhajar dan tersakiti oleh perbuatan mereka?
Saya menjadi salah satu saksi dari banyak saksi, betapa sering Pak Prabowo "berwajah kosong", saking seringnya dikhianati, diingkari, disakiti, difitnah, dikorbankan dll.
Ini tak hanya dalam Pilpres 2014, 2019, tapi saat Nyawapres tahun 2009, dan sebelumnya saat konvensi Golkar, bahkan juga saat dia aktif sebagai anggota TNI dimana dia ditugaskan mengamankan anak-anak muda yg merakit bom di era Pak Harto, padahal sebetulnya sebagai rekayasa pembunuhan karakter, supaya Pak Prabowo bisa dipensiun dini dan dicap sebagai penculik. Mungkin bila dihitung, separuh hidup Pak Prabowo itu sejatinya penuh air mata dan penderitaan bathin luar biasa.
Lalu pernahkah teman-teman melihat Pak Prabowo protes, cengeng, nangis atau berlaku memprovokasi masyarakat untuk memusuhi balik orang yg sudah mengalahkan atau menjatuhkan?
Siapa lawan yang tidak dirangkul? Siapa lawan yg tidak dihormati? Apakah pernah terucap dari Pak Prabowo satu kata jelek atau tuduhan apapun terhadap lawan atau orang2 yg menyakiti dan menjatuhkan? Pernah waktu jelang Pilpres 2014, di rumahnya di Hambalang kepada wartawan Metro TV yg meliput di Hambalang, Pak Prabowo sampai bilang, "tolong tanyakan Pak Surya Paloh salah saya apa ya, kok saya dimusuhi?!". Namun setelah Pilpres hubungan Pak Prabowo juga baik-baik saja dengan Surya Paloh juga dengan tokoh yg lainnya.
Lalu mengapa sekarang merasa pada terdzolimi? Bahkan merasa Pak PS menjadi orang yg mengambil apa yg menjadi "hak"-nya yaitu peluang untuk MENANG? Padahal berapa kali kemenangan Pak Prabowo terampas?
Kadang mereka yang selalu ingin menang, yg mengatakan Prabowo ambisius, yang mengatakan demi syahwat Prabowo melakukan apa saja, dll itu pada lupa bahwa hidup itu PUTARAN WAKTU dan yg memutar waktu itu adalah Allah SWT.
Cobalah bila misalnya tidak ada Gerindra yg waktu itu punya 6 kursi, tidak mungkin Pak Jokowi bisa maju menjadi Gubernur DKI, tidak mungkin Pak Jokowi bisa mendaftar. Mengapa? PDIP hanya punya 11 kursi, dan partai lain sudah berkoalisi dan punya jago. Andai saat itu Pak Prabowo tidak sampai "memohon" dengan mendatangi Bu Mega, agar Pak Jokowi yg dijadikan Cagub DKI, apakah Pak Jokowi bisa melenggang ke Jakarta?
Lalu setelah menjadi Gubernur DKI, Pak Jokowi menjadi rival Pak Prabowo 2014, tahun 2019 kembali Pak Prabowo menjadi rival Pak Jokowi meski hanya didukung PAN dan PKS, serta Demokrat (belakangan).
Kalah di tahun 2019, Allah seperti mengatur dimana Pak Prabowo hatinya tergerak untuk ikut memperbaiki bangsa terutama yg menjadi konsennya yaitu di bidang pengamanan negara. Dia ikhlas "merunduk" pada orang yg dibesarkan kemudian melawannya, dan semua itu demi Indonesia menjadi negara yg memiliki Alusista yg bagus, demi menaikkan moril anggota TNI, demi menjaga martabat bangsa.
Keikhlasan Pak Prabowo menerima kekalahan, kemudian menjadi bawahan Pak Jokowi itulah yg meruntuhkan hati Pak Jokowi dan keluarga untuk memilih berlabuh pada Pak Prabowo.
Beberapa tahun lalu, Pak Jokowi pernah bertanya pada Pak Prabowo, "Pak Menhan akan maju lagi 2024?", Pak Prabowo menjawab, "bila bapak izinkan, ya saya akan maju, bila bapak tdk mendukung saya ya saya tidak akan maju".
Lalu setahun belakangan kembali Pak Jokowi bertanya lagi, apakah Pak Prabowo akan maju Nyapres 2024? Lagi-lagi Pak Prabowo menjawab hal yg sama, bila dia tidak didukung Pak Jokowi, maka Pak Prabowo tidak akan maju.
Perlahan Pak Jokowi mulai "mengatur" Pak Prabowo untuk makin dekat dengan rakyat, dan Pak Jokowi pun sering memberi panggung pada Pak Prabowo, misalnya bila beliau berhalangan hadir di suatu acara, bukan Wapres yg menggantikan, tapi Pak Prabowo yg diminta menggantikan. Di setiap kesempatan acara presiden, Pak Prabowo selalu disertakan. Program-program Pak Prabowo berkait dengan pengadaan Alutsista dan menghidupan kembali BUMN Pertahanan didukung penuh.
Jadi sebetulnya Pak Jokowi sudah "mempersiapkan" Pak Prabowo untuk Nyapres sejak dua tahun lalu, bahkan sejak Gibran belum menjadi Walikota. Nama Gibran pun belakangan muncul bukan dari Pak Jokowi, karena sampai detik-detik terakhir Pak Jokowi masih menyarankan nama Erick Tohir yg selama ini jadi anak emasnya utk menjadi Cawapres Pak Prabowo. Namun internal Gerindra dan juga anggota KIM (Koalisi Indonesia Maju), lebih memilih Gibran, karena pemilih tahun 2024 mayoritas anak-anak muda.
(fb)