DALIL BOLEHNYA MENGKRITIK "KELOMPOK JIHAD" KETIKA PERANG

MUJAHIDIN
(Manusia Yang Paling Mendapat Petunjuk)

Penulis: Dody Kurniawan

Amalan terbaik dalam Islam adalah jihad fisabilillah, perkara ini telah disepakati oleh kaum muslimin seluruhnya sebagaimana ditunjukkan oleh nash Alqur'an dan Hadits Nabi shalallahu alaihi wasallam.

Diantaranya Firman Allah taala:

لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا

"Tidaklah sama antara orang yang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar".[Surat An-Nisa': 95]

Allah taala juga berfirman:

أَجَعَلۡتُمۡ سِقَايَةَ ٱلۡحَآجِّ وَعِمَارَةَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ كَمَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَجَٰهَدَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ لَا يَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim."[Surat At-Taubah: 19]

Di dalam hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga mengisyaratkan bahwa puncak tertinggi amal adalah jihad, beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda :

  رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْـجِهَادُ فِـي سَبِيْلِ اللهِ

"Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fii sabiilillaah." (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dan juga masih banyak hadits hadits lainnya yang menggambarkan keutamaan orang orang yang berjihad dibanding dengan orang yang tidak berjihad.

Sayangnya, hari ini Kita hidup dimana segalanya serba terbalik. Qoidun (orang yang tidak berjihad) merasa lebih baik dan lebih lurus jalannya dibanding mereka yang sedang berjihad di jalan Allah.

Mereka mengkritik bahkan memfitnah sana sini juga mencaci orang orang yang berjihad. Mulai dari mempermasalahkan akidah, manhaj, cara mereka berjihad, bahkan hal hal yang tidak masuk akal dan tiada kaitannya sama sekali dengan jihad dan mujahidin.

Padahal orang yang berjihad dijalan Allah adalah orang yang paling dekat dengan kebenaran, orang yang paling mendapatkan petunjuk dan orang yang seharusnya dijadikan contoh dan panutan.

Allah taala berfirman:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.[Surat Al-Ankabut: 69]

Para ulama berkomentar tentang ayat ini: 
"Dan orang-orang Mukmin yang berjuang melawan musuh-musuh Allah, jiwa dan setan, dan mereka bersabar menghadapi fitnah-fitnah dan gangguan di jalan Allah, Allah akan memberikan hidayah kepada mereka menuju jalan-jalan kebajikan dan meneguhkan mereka di atas jalan yang lurus. Dan orang yang bersifat demikian, maka dia merupakan orang yang telah berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Dan sesungguhnya Allah benar-benar menyertai orang yang berbuat baik dari makhlukNya dengan pertolongan, dukungan, perlindungan dan pemberian hidayah. (Tafsir Al-Muyassar)

Karena itu Abdullah bin Mubarak yang berada di medan jihad, pernah mengirimkan surat yang berisi Sya'ir yang ditujukan kepada Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh yang sedang asyik beribadah di Haramain. Didalamnya disebutkan:

يا عابد الحرمين لو أبصرتنا... لعلمت أنك في العبادة تلعب

"Wahai ahli ibadah di dua tanah Haram, seandainya kau melihat kami, niscaya kau tahu bahwa engkau dan ibadahmu hanyalah main-main."

من كان يخضب خده بدموعه.... فنحورنا بدمائنا تتخضب

"Kalian membasahi pipi dengan linangan air mata. Sementara kami membasahi leher dengan darah-darah kami."

أو كان يتعب خيله في باطل... فيخولنا يوم الصبيحة تتعب

"Atau kalian yang membuat lelah kudanya dalam kesia-siaan. Sementara kuda-kuda kami lelah payah di medan medan pertempuran."

ريح العبير لكم... ونحن عبيرنا وهج السنابك والغبار الأطيب

"Aroma kalian adalah parfum yang semerbak... Sementara aroma kami adalah pasir dan debu..."

Muhammad bin Ibrahim bin Abi As Sukainah bersaksi seraya berkata:  

"Saya menjumpai Al Fudhail bin ‘Iyadh bersama surat itu di Masjidil Harom. Maka saat dia membacanya berlinanglah air matanya, dan dia berkata: “Abu Abdirrahman (Abdullah bin Al Mubarak) benar dan dia telah menasihatiku.” (Fiqhus Sunnah, karya Syaikh Sayyid Sabiq, 2/631-632)

Nah, sekarang siapakah yang lebih kalian ikuti perkataannya? Apakah qoidun (orang yang duduk-duduk) yang membalut ilmu dengan hawa nafsunya, ataukah Mujahidin yang selalu mendapatkan petunjuk?

Wallahu a'lam.
Baca juga :