Capres "Rekomendasi" Agustinus Edy Kristianto

Paslon Pilpres 2024 sudah ditetapkan berikut nomor urutnya.

Lalu?

"Pilih siapa, nih?"

Sering saya katakan saya tidak mencampuri hak Anda itu. Saya lebih peduli pada alasan-alasan di balik pilihan Anda. 

Kualitas alasan itulah yang mencerminkan kualitas bangsa kita secara umum.

Memang tak ada ukuran pasti dalam politik. Mungkin satu-satunya kepastian dalam politik adalah ketidakpastian itu sendiri. 

Tapi secara praktis, ukuran yang bisa kita lihat dalam politik adalah kenyataan

Kenyataan politik saat ini, suka atau tidak suka, menunjukkan tiga paslon itulah yang merangkum seluruh dinamika kekuatan politik di Indonesia. 

Itulah pilihan yang ada, yang merupakan kesimpulan dari transaksi berbagai kekuatan elite saat ini.

Pertanyaannya, jika politik adalah sesuatu yang penuh sandiwara dan ketidakpastian, bagaimana seharusnya kita, sebagai warga negara pun makhluk politik, seharusnya memposisikan diri?

Membuat diri kita layak sebagai makhluk politik yang bertanggung jawab secara sadar berdasarkan kehendak bebas atas pilihan masing-masing adalah kunci.

Caranya?

*

Sejauh ini saya belum lihat ada narasi yang solid dari paslon, yang seterang cahaya, untuk menunjukkan ke mana negara mau dibawa lima tahun ke depan. 

Narasi semua mau "menang satu putaran" bukanlah kesolidan ide/gagasan yang saya maksud. 

Itu cuma basa-basi yang mencerminkan perkawinan antara ambisi dan matematika paslon.

Dokumen visi-misi paslon pun saya lihat sekadar memenuhi persyaratan administrasi belaka. Tak banyak daging yang bisa dipetik.

Politik memang sesuatu yang absurd tapi nyata. 

Adalah naif 100% berharap pada para politisi untuk menyejahterakan masa depan kita dengan sekadar melumat janji-janji kampanye selama 2 bulan 13 hari (masa kampanye 28 November 2023-10 Februari 2024).

Dengan waktu sependek itu maka "persoalan pokoknya" adalah akuisisi suara sah pemilih untuk sedapat-dapatnya menang sesingkat-singkatnya.

Itu artinya memposisikan 204,8 juta pemilih dalam DPT sebagai objek. 

Jika bisa dapat suara lebih dari 50% dengan minimal 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 1/2 jumlah provinsi di Indonesia maka itulah pemenang satu putarannya.

Siapa yang terbanyak dari 204,8 juta orang itu? 68,8 juta adalah milenial (lahir 1981-1996) dan 46,8 juta Gen Z (46,8 juta). 

Terbanyak ada di mana? Jawa Barat (35,7 juta), Jawa Timur (31,4 juta), Jawa Tengah (28,2 juta), Sumatera Utara (10,8 juta), Banten (8,8 juta), DKI Jakarta (8,2 juta).

Dengan waktu sependek itu, dengan demografi politik semacam itu, bagaimana membalikkan posisi pemilih dari objek menjadi subjek, yang artinya menjadikan kita masing-masing sebagai 'ideal' makhluk politik yang saya sebut di atas, yakni makhluk politik yang bertanggung jawab secara sadar berdasarkan kehendak bebas atas pilihan masing-masing?

*

Saya pikir November-Desember 2023 sangat krusial bagi proses "rekayasa sosial" untuk merebut "benak" pemilih yang akan didominasi serangan udara (medsos) dan media buying. 

Sementara serangan fajar (amplop, sembako dsb) 'efektif'  dilakukan mendekati hari pencoblosan.

Salah satu cara melihat aktivitas serangan udara adalah di Ads Library Meta berikut ini, yang mencantumkan jumlah belanja iklan politik yang terkait paslon: https://www.facebook.com/ads/library/report/?source=nav-header

Kemudian saya ingatkan lagi agar mulai saat ini tidak menganggap bansos sebagai wujud kebaikan hati salah satu paslon karena sejatinya itu adalah program negara. 

Bansos potensial digunakan sebagai alat manipulasi politik!

Ada Sisa Anggaran Lebih (SAL) Rp70 triliun pada tahun ini (Kontan, 14 November 2024), yang bisa 'digunakan'. Sudah dilakukan revisi anggaran untuk pemberian Bansos a.l. bantuan beras pada Desember dengan anggaran Rp2,67 triliun; Bantuan langsung tunai El Nino November-Desember sebesar Rp7,52 triliun; PPN ditanggung pemerintah untuk perumahan (DTP), bantuan biaya administrasi, pembebasan PPN untuk rumah bersubsidi senilai Rp3,2 triliun.

Ada juga 'sumur kehidupan' yang bisa ditimba untuk logistik pemilu yang terdapat di pos laba ditahan (retained earnings) sejumlah BUMN kakap: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0hPGMgyd3qmgbZDU48vKKKaaiWFDpTDJQEqTL2NfQFf7tKfS1pAhDH6ARdVie6H1fl&id=1311891821&mibextid=TOrFJN

⁃ BRI: Rp207,2 triliun (LK 30 Sep 2023)
⁃ Bank Mandiri: Rp175,9 triliun (LK 30 Sep 2023)
⁃ PLN: Rp110,9 triliun (LK 30 Juni 2023)
⁃ BNI: Rp99,1 triliun (LK 30 Sep 2023)
⁃ Telkom: Rp98 triliun (LK 30 Sep 2023)
⁃ Pertamina: US$3,8 miliar/Rp57,1 triliun (LK 31 Des 2022)
⁃ Pupuk Indonesia: Rp15,21 triliun (LK 31 Des 2022)
⁃ Antam: Rp13,5 triliun (LK 30 Sep 2023)
⁃ PGN: US$198,4 ribu /Rp2,9 triliun

Harga BBM mungkin akan turun dan dibuat sebagai efek dari 'kebaikan hati' pemerintah, padahal tak demikian adanya. Saya pernah memaparkan di sini: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02TorpCX5ps5PVQq8B9rEdU5La3VVeJGsZCZSXvMeNGRvjat3Tnovpp3i4unxWyxEzl&id=1311891821&mibextid=TOrFJN

Indonesia adalah surganya kekayaan alam tapi cermatilah bahwa yang banyak menikmati bukanlah sebagian besar masyarakat. Nikel kita 'didominasi kepemilikannya' oleh salah satunya Tsingshan Group https://www.facebook.com/1311891821/posts/pfbid02gSmYCd7M9jmxAfavAyYqgfNTLEVfo8fiKKJ1Ggb97yTL1gjujHxpqPbvuKXSyipgl/?d=n&mibextid=TOrFJN

Lalu data dari perusahaan analis global Kpler melaporkan volume ekspor batubara Indonesia tembus 413 juta ton per Oktober 2023, melonjak 11,5% yoy. Ada beda data dengan ESDM yang 323,12 juta ton (Kontan. 15/11/2023). Terdapat selisih 89,88 juta ton, yang patut dicurigai ke mana larinya barang itu.

Ada aroma persaingan China vs Barat, yang dipertegas lagi baru-baru ini oleh salah satu paslon (PS) yang menunjuk Amerika sebagai standar ganda dan Indonesia tak butuh Eropa. https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/3241398/indonesias-prabowo-slams-west-double-standards-lack-moral-leadership-we-dont-really-need-europe

Isu Islam kemungkinan akan tetap bergulir, yang seperti dicermati oleh ISEAS Yusof Ishak Institute, terjadi pergeseran wajah Islam di Indonesia, yakni “From Political Islam to Islamic Lifestyles". https://www.iseas.edu.sg/articles-commentaries/iseas-perspective/2023-89-from-political-islam-to-islamic-lifestyles-the-changing-public-face-of-islam-in-indonesia-by-syafiq-hasyim/

Momentum perang Israel vs Hamas bisa bergulir sebagai topik kampanye, apalagi saya baca di "Times of Israel" bahwa IDF setidaknya bersiap perang untuk setahun ke depan.

Penting pula untuk bisa membedakan klaim keberhasilan program. Mana program nasional, APBD, atau yang dibiayai CSR perusahaan... 

Jangan terbuai kesimpulan indah lembaga pemeriksa keuangan, sebab, Anda lihat sendiri saat ini, sejumlah auditor dibekuk penegak hukum karena dugaan korupsi. 

Semua bisa terjadi, apalagi di dunia politik yang penuh sandiwara.  

Saya khawatir generasi muda kita akan mudah terpikat dengan pilihan tertentu sebatas alasan bisa joget-joget, enak dilihat, warna rambut tertentu, kelihatan alim, kelihatan kaya, followers medsos-nya banyak, dan sejenisnya itu.

Maka tetaplah waras, segila apapun dunia di sekeliling Anda.

Salam.

(Agustinus Edy Kristianto)

Baca juga :