Oleh: Ahmad Khozinudin, SH
Pasca memastikan kepada Bang Aziz Yanuar bahwa Bang Munarman ada di rumah, penulis segera memastikan jadwal untuk berkunjung ke kediaman Bang Munarman. Qadarullah, Jum'at Ustadz Irwan berhalangan, Bung Arif juga ada agenda. Akhirnya, agenda silaturahmi ke Bang Munarman di geser Sabtu (4/11/2023).
Sebelumnya, penulis mengunjungi Ustadz Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung Al Hamat di Lapas Karawang. InsyaAllah, dalam waktu dekat, keduanya juga akan nenghirup udara bebas, mengikuti Ustadz Farid Okbah yang telah lebih dahulu bebas, juga Bang Munarman.
Nama-nama diatas, adalah ulama dan tokoh Islam yang dikriminalisasi dengan narasi War On Terorism. Proyek barat untuk membungkam dan mencoba menghalangi kebangkitan Islam.
Setelah kebebasan Bang Munarman, baru Sabtu kemarin (4/11/2023) penulis bisa berkunjung. Meminjam istilah Bang Munarman, penulis hanya mengikuti skenario Allah SWT, yang telah menetapkan pertemuan penulis dengan Bang Munarman, di kediaman beliau di Pamulang.
Setelah dua kali, kami memencet bel kediaman Bang Munarman. Sejurus kemudian, muncul sang Empunya rumah. Wajah yang tak asing itu, segera terlihat dengan senyum ramahnya, menyambut kedatangan kami.
"Khozinudin ...." Begitu, beliau menyapa penulis dengan suara lantangnya. Secara, kami sama-sama dari Sumatera. Bang Munarman dari Palembang, Penulis dari Lampung.
Jadi, jika ada kesamaan dari sisi suar keras dan mungkin juga karakter keras, mungkin itu terbentuk karena lingkungan. Penulis dulu di Lampung, terbiasa kehidupan keras di tanah Sumatera.
Sekilas, dari penampakan fisik tak ada yang berubah dari sosok Bang Munarman. Meski usia telah kepala lima, tetap saja aura pemuda dan semangat yang menyala, terpancar dan terasa kuat magnitudnya.
Kami berdiskusi, bercerita tentang banyak hal dan banyak soal. Dari soal Pilpres 2024, Narasi Terorisme Densus 88, pengalaman menjalani vonis 3 tahun sebagai Napiter, hingga soal narasi 'Skenario Allah'. Menurut Bang Munarman, dirinya telah sampai pada titik 'menjalani skenario Allah', bukan membuat rencana sendiri, dengan berbagai strategi dan targetnya.
"Untuk memahami skenario Allah, maka kita harus kembali ke dalil. Kita kembali ke Al Qur'an dan as Sunnah, untuk membaca masa depan umat Islam kedepan seperti apa," ungkapnya.
Dari pengalaman berinteraksi dengan berbagai tokoh lintas pergerakan dan beragam latar belakang, karakter aktivisnya, rasanya wajar jika umat Islam Indonesia belum diberikan kemenangan. Karena itu, PR kita bersama adalah menyiapkan Umat ini agar layak menerima kemenangan dari Allah SWT.
"Karena itu, langkah perjuangan kita harus mengikuti skenario Allah SWT. Adanya agenda Pilpres, atau aktivitas advokasi yang kita lakukan, jangan sampai melalaikan pada skenario besar Allah SWT, yang telah mentakdirkan Umat Islam kelak akan menjadi pemimpin dunia di akhir zaman," tegasnya.
"Kalau orang-orang kafir telah menyiapkan diri untuk menyongsong Dajjal, akan menjadi bagian dari pasukan Dajjal, maka kita juga harus menyiapkan diri untuk menyongsong datangnya Al Mahdi," pungkasnya.
Di akhir diskusi, Bang Munarman menegaskan bahwa skenario kebangkitan umat Islam kedepan adalah Khilafah. Karena memang telah ada Nash yang mengabarkan akan kembalinya Khilafah ala Minhajin Nubuwah.
Tak terasa, waktu telah berlalu hingga nyaris 2 jam. Ustadz Irwan juga ikut terlibat dalam diskusi aktif, menjelang pamit juga datang Bang Aziz Yanuar.
Ada pesan tegas yang penulis peroleh dari Bang Munarman, juga sebelumnya penulis dapatkan dari Ustad Farid Okbah, Ustad Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung al Hammat. Perjuangan tak akan bisa dibungkam oleh penjara. Penjara hanyalah masa rehat sebentar dari aktivitas pergerakan, mematangkan diri untuk lebih dekat kepada Allah, dan melanjutkan perjuangan manakala kebebasan telah tiba.
Mendung bergulung terlihat pekat dilangit, kami akhirnya pamit pulang menjelang pukul 17.00. Tak lama penulis tiba di Bekasi, hujan turun dengan derasnya.
MasyaAllah, semoga derasnya hujan yang turun menjadi tanda berkahnya pertemuan penulis dengan Bang Munarman. [].