๐๐๐ง๐ญ๐๐ก๐๐ง ๐๐๐ซ๐ก๐๐๐๐ฉ ๐๐๐ซ๐ญ๐๐ฆ๐ฉ๐ฎ๐ซ๐๐ง ๐๐ฎ๐ซ๐๐๐๐ฒ๐ ๐๐๐ค ๐๐ข๐ฌ๐ ๐๐ข๐๐ง๐๐ฅ๐จ๐ ๐ข๐ค๐๐ง ๐๐๐ง๐ ๐๐ง ๐̀๐ฆ๐๐ฅ๐ข๐ฒ๐๐ก ๐̣๐จ๐ฎ๐๐̄๐ง๐ข๐ฅ ๐๐ช๐ฌ̣๐จ̄
Oleh: Arsyad Syahrial
Mohon maaf kalau agak panjang....
Sebenarnya saya malas menanggapi oknum ini, sebab ia tak gentle memberikan hak jawab ketika ia mengkritik orang yaitu dengan memblock orang-orang yang ia kritik, tulisannya juga tak รฌlmiyyah.
Namun bantahan terhadap tulisannya (sebagaimana Screenshot terlampir) harus dilakukan, sebab penyesatan yang dilakukannya sudah sangat keterlaluan. Apalagi kritik yang dilakukannya terhadap H4M4S selain tak didasarkan data yang akurat, juga dipenuhi dengan kebencian, sehingga hanya jadi penyesatan & pembodohan saja bagi pembacanya.
Berikut beberapa point kekonyolannya:
① "Glorifikasi bambu runcing dalam perang kemerdekaan Indonesia itu cuma setengah mitos."
⇒ Walau TKR yang jumlahnya sekira 20.000 orang di Surabaya itu dibantu sedikitnya 100.000an orang pemuda, tetap saja pertempuran yang terjadi itu sangat tidak seimbang. Sebab para pemuda itu memangnya senjatanya pakai apa kalau bukan memakai golok, kelewang, dan tombak? Bahkan sebagian memang memakai "bambu runcing".
In the heat of the moment, anything that could be used as weapon will be used… yang penting berjuang dan melawan!
Adapun soal senjata kurang bahkan prajurit maju tanpa senjata itu bukanlah hal yang aneh. Bahkan sekelas Uni Soviet pun keadaannya demikian pada masa awal invasi Jerman ke Uni Soviet (Unternehmen Barbarossa). Bagi yang menonton filem yang menonton "Enemy at the Gates" (yang berdasarkan kisah nyata Vasily Zaitsev) pasti ingat momen Vasily Zaitsev pertama kali disuruh maju bertempur, dan itu ia tak dilengkapi senapan, karena perintahnya adalah: "pakai senapan temanmu yang tewas".
Itu Uni Soviet loh, apalagi Indonesia di 1945?
② "Perang 3 pekan (27 Oktober - 20 November 1945) di Surabaya itu adalah pertempuran yg relatif berimbang; bukan sekedar perang bambu runcing melawan senapan Bren made in england."
⇒ Mengatakan pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 itu berimbang sungguh sangat tak masuk akal, yang bahkan sejarawan Barat pun akan tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan sotoy begitu!
Betapa tidak?
Pada awalnya (akhir Oktober 1945) pasukan Inggris di Surabaya memang hanya 6.000 orang dari unit 49th Infantry Brigade dari the 23rd Indian Division (unit ini tak terlalu elitรฉ). Namun saat pertempuran memuncak, Inggris mengirim pasukan tambahan yang terdiri dari 24.000 orang pasukan infantri bersenjata lengkap dari 5th Indian Division "Ball of Fire" (totalnya jadi 30.000 orang). Divisi infantri Inggris itu bukan hanya punya senapan mesin Bren saja, karena setiap kompinya punya beberapa mortir 2 Inch, kemudian di tingkat batalyon ada senapan mesin berat Vickers dan beberapa mortir 3 Inch dan senjata anti-tank PIAT serta Bazooka M1. Selain itu, divisi infantri Inggris itu punya dukungan artileri medium QF 25 Pounder & BL 5,5 Inch. Ditambah lagi dukungan 24 tank medium M4 Sherman dan 24 tank ringan M3 Stuart, 24 pesawat tempur-serang (kemungkinan jenis Hawker Typhoon / Tempest dan Supermarine Spitfire / Seafire), serta dukungan artileri dari kapal laut (2 kapal penjelajah dan 3 kapal perusak - tahu sendiri dong naval guns di era Perang Dunia itu adalah kaliber besar semua?).
Sementara di sisi milisi Surabaya?
Di Surabaya memang ada sekira 20.000 orang TKR ex PETA yang persenjataannya anggap saja "lumayan", karena pasukan jenis "light infantry" ini memang dimaksudkan untuk membantu Jepang untuk melawan invasi Sekutu. Namun, tahu sendirilah kalau tetap saja PETA itu bukanlah tandingan pasukan Inggris yang battle-hardened dalam perang melawan Jerman di Afrika dan Jepang di Burma.
Apalagi persenjataan artileri yang dimiliki oleh TKR amat sangat jauh kuantitasnya dibanding Inggris (belum lagi soal kualitas barang Jepang produksi tahun-tahun akhir Perang Dunia II yang jelek akibat industri manufakturnya menderita blokade dan carpet bombing Amrik). Adapun soal artileri berat mana ada? Soal tank entahlah (saya tak tahu apakah TKR saat itu bisa merebut tank Type 89 I-Go, Type 95 Ha-Go, atau Type 97 Chi-Ha milik Jepang). Jelas tak usah tanya soal dukungan pesawat tempur-serang apalagi dukungan artileri laut.
Makanya diperkirakan korban gugur di pihak RI saat itu diperkirakan hingga 15.000 orang dan lebih 20,000 terluka sedangkan dari Inggris tak sampai 300 orang gugur dan sekira 300 terluka. Rakyat Surabaya sekira 200.000 orang terpaksa mengungsi. Pertempuran Surabaya itu memang membakar semangat seluruh rakyat di Nusantara, dan menjadi bukti tekad rakyat Indonesia untuk merdeka. Akan tetapi secara militer itu adalah pukulan telak karena Indonesia kehilangan sangat banyak pasukan terlatih dan persenjataan.
Maka apakah itu "berimbang" namanya…???
③ "Terbukti AW Mallaby mati tertembak dan terbakar akibat mobilnya digranat, bukan digembosi bambu runcing."
⇒ Ini sungguh narasi yang sangat menyesatkan, karena dasarnya adalah logical fallacy. Masa iya fakta matinya Brigadier AWS Mallaby dijadikan alasan bahwa perang yang terjadi adalah berimbang?
Padahal jelas faktanya bahwa tewasnya Brigadier AWS Mallaby itu bukanlah karena "pertempuran", akan tetapi sejarawan Inggris sendiri mencatat bahwa Mallaby itu tewas justru ketika sedang berlangsung gencatan senjata antara TKR dengan Inggris.
Kejadian terbunuhnya Brigadier AWS Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945 adalah pada ia sedang berkeliling kota Surabaya dengan memakai mobil yang mengibarkan "bendera putih" untuk menyebarkan berita tentang telah terjadinya gencetan senjata. Namun ia mendengar kabar bahwa ada pasukan Mahratta yang terkepung, hingga Mallaby pun ingin menyelamatkannnya, meskipun ia telah diperingatkan akan bahayanya.
Ketika mobilnya mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internasional dekat Jembatan Merah, mobilnya dikepung oleh milisi Surabaya. Khawatir komandan mereka akan diserang, pasukan Inggris di gedung Internasional yang dipimpin oleh Mayor VK Gopal melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan milisi Surabaya. Sementara milisi Surabaya mengira pasukan Inggris mengambil menyerang mereka sehingga mereka pun membalas tembakan pasukan Inggris itu.
Kapten RC Smith yang berada di dalam mobil yang tak bergerak, melaporkan bahwa seorang pemuda milisi Surabaya menembak dan membunuh Mallaby setelah terjadi percakapan singkat. Smith juga melaporkan bahwa ia melemparkan granat dari mobil ke arah tempat yang menurutnya penembak Mallaby bersembunyi. Meskipun ia tak yakin apakah granat itu mengenai sasarannya atau tidak, namun ledakan granat itu itu menyebabkan jok belakang mobil terbakar. Bahkan sumber lain dari Inggris sendiri mengatakan bahwa adalah granat yang dilemparkan Smith itulah yang mengakibatkan tewasnya Mallaby.
Tewasnya Brigadier AWS Mallaby padahal dalam keadaan mengibarkan bendera putih (bukan karena memimpin pasukan di garis depan pertempuran) inilah yang dijadikan sebagai alasan serangan besar-besaran Inggris di bawah pimpinan MayJen ECR Mansergh ke Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
④ "Sedangkan perangnya H4M4S? Perang NEKAD."
⇒ Oknum itu mendakwa perangnya H4M4S sebagai "perang nekad" karena 30.000 roket H4M4S yang ditembakkan selama 2 dekade hanya membunuh 70 Yahลซdi tak menandingi keganasan 12.000 Ton bom yang dijatuhkan IDF ke ฤ aza selama 2 pekan, maka itu sungguh suatu KEBODOHAN yang nyata.
Bagaimana tidak?
Perang 2 dekade hanya menewaskan 70 Yahลซdi? Jelas-jelas oknum ini ASBUN & BODOH, sebab dalam รmaliyah แนฌoufร nil-Aqแนฃล yang dimulai tanggal 7 Oktober 2023 ini saja Isra-Hell secara resmi mengakui bahwa setidaknya 1.400 pasukannya tewas, 5.000 orang terluka, dan 200an tertawan (termasuk beberapa perwira tinggi / senior).
Bahkan kalau kita lihat dalam aksi Intifadah II (2000-2005) yang mengakibatkan 1.000 orang Isra-Hell tewas, H4M4S berhasil membuat Isra-Hell mundur dari ฤ aza dan mengurangi kekerasan di Tepi Barat.
Jadi siapa bilang kalau H4M4S itu hanya nekad & tak menghasilkan apapun yang signifikan?
⑤ "Makin tidak 'apple-to-apple' lagi ketika kita tahu arek-arek suroboyo bertempur sampai titik darah penghabisan: merdeka ataoe mati. Beda jauuuh sama Hamas yg angin-anginan: hari ini perang, besok genjatan senjata, lusa perang lagi, gencatan senjata lagi, plus seneng ndelik sementara korban di pihak sipil terus berjatuhan."
⇒ Ini benar-benar BODOH & DUNGU tetapi nekad NGEDABRUS…!
Bagaimana tidak?
Setiap tahun sejak mundur dari ฤ aza di 2005 itu Isra-Hell terus menyerang dan berupaya merebut kembali ฤ aza. Namun setelah menyerang tiba-tiba, lalu gagal, maka selalu Isra-Hell pula yang meminta-minta gencatan senjata. Persis kelakuan Belanda di 1945-1949 ketika mereka menandatangi Perjanjian Linggardjati lalu mereka melakukan Agresi Militer I (Operation Produkt) tapi gagal, lalu mereka meminta gencetan senjata dengan Perjanjian Renville, lalu mereka melanggarnya lagi dengan melakukan Agresi Militer II (Operation Kraai), namun karena gagal maka meminta damai lagi lagi dengan Perjanjian Roem-Roijen.
Kalau bicara Surabaya di tahun 1945, maka setelah 3 pekan MayJen ECR Mansergh melakukan serangan, Inggris berhasil merebut Surabaya & wilayah sekitarnya dengan memaksa TKR dan para pemuda mundur. Akibatnya sekira 200.000 rakyat terpaksa mengungsi keluar dari Surabaya. Sementara IDF sekarang sudah 4 pekan masih belum ada tanda-tanda menguasai total ฤ aza, padahal sudah didukung oleh 2 Carrier Battle Group Amrik dan kapal-kapal dari British Navy segala!
Apakah itu yang bisa disebut sebagai perang angin-anginan ร la H4M4S yang tak apple-to-apple dengan perjuangan Arek-Arek Suroboyo di tahun 1945?
Jangan begitulah memfitnah H4M4S dengan sesuatu yang tak ada pada mereka…?
Ketahuilah bahwa yang namanya perjuangan untuk meraih kemerdekaan itu tak sederhana prosesnya, setiap bangsa yang berjuang tahu bahwa perjuangan itu bukan hanya mengangkat senjata semata, akan tetapi ia dimulai dari keinginan kuat untuk merdeka, yang diiringi denegan doa, usaha mendidik ummat dan mencetak para pejuang, usaha mengkader pemimpin intelektual yang berjuang di meja perundingan, bergerilya menggalang dukungan dana dan politik di luar negeri orang, sampai pada bersabar menyaksikan keluarga menjadi แนกuhadฤ’, dan pastinya berjihฤd dengan harta dan nyawa, sesuai dengan kesempatan yang ada di depan mata. Bahkan, sekedar bertahan untuk mengulur waktu pun termasuk di dalam perjuangan. Iya, semuanya adalah bagian dari perjuangan, dan setiap bangsa yang dijajah pasti tahu bahwa yang namanya perjuangan kemerdekaan itu PASTI akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang banyak, sebab memang tak ada yang namanya perjuangan tanpa adanya pengorbanan.
Last but never the less, tolong berhentilah dari mengikuti oknum dungu asbun. Jangan mau dibodohi oleh oknum yang nyata kebodohannya. Jangan mau disesatkan oleh oknum sesat yang nyata kesesatannya. Takutlah kepada Allลh ๏ทป.