Oleh: Ustadz Muhammad Abduh Negara
Kalau mau memandang secara proporsional, yang menolak mendukung para pejuang di Tanah yang Diberkahi, bahkan mencela mereka, ada oknum dari kalangan salafi, ada juga oknum dari kalangan aswaja.
Yang saya maksud salafi di sini, adalah semua kalangan yang mengikuti taqrirat Ibnu Taimiyyah dalam memahami aqidah dan manhaj salaf, mau (meminjam istilah sebagian mereka) salafi rasmi, salafi haraki, salafi jihadi, dll.
Yang saya maksud aswaja di sini, adalah semua kalangan yang mengikuti ahli kalam (dari kalangan Asy'ariyyah dan Maturidiyyah), terikat pada atau mengikuti madzhab yang empat, serta bertashawwuf ala Al-Ghazali dan semisalnya. Tidak terbatas pada ormas tertentu saja.
Saya menyebut oknum, karena dengan definisi di atas, kebanyakan mereka masih pro perjuangan Palestina, dan --minimal-- tidak mencela para pejuangnya di sana. Hanya segelintir yang berisik, yang bersikap syadz.
Apa alasan mereka mencela para pejuang di sana?
Kalau saya melihat, alasan utamanya adalah taklid buta pada kebencian terhadap kelompok tertentu (misal: inisial IM/Ikhwanul Muslimin), lalu mereka mengetahui bahwa para pejuang di sana memiliki hubungan afiliasi dengan kelompok tertentu tersebut. Akhirnya, semua tindakan para pejuang itu, dibawa pada prasangka terburuk. Tidak ada sangka baik.
Premis mereka: Inisial IM itu adalah kelompok menyimpang yang tidak punya kebaikan, karena itu semua yang berasal dari inisial IM pasti buruk dan layak dicela. Dilanjutkan dengan: Karena pejuang di sana terhubung dengan inisial IM, maka mereka juga menyimpang dan tidak punya kebaikan, karena itu perjuangan mereka --meski itu jihad syar'i-- tidak boleh didukung, bahkan harus dicela.
Seandainya mereka mau bersikap adil saja, semua tuduhan mereka (selain faktor utama di atas) terhadap para pejuang di sana, bersumber dari informasi yang simpang siur, tidak ada tatsabbut dan tabayyun, padahal sebagian informasi tersebut dari Barat dan penjajah, yang jelas akan mendiskreditkan para pejuang.
Kalau mereka mau mengikuti kaidah al-wala wa al-bara sedikit saja, tentu mereka paham, bahwa ketika terjadi peperangan antara muslimin dengan kuffar, kita harus berpihak kepada muslimin. Lebih-lebih lagi, jika muslimin itu terzalimi dan tanahnya dijajah puluhan tahun.
Kalau mereka mau rendah hati sedikit saja, mereka tentu sadar bahwa di tengah para pejuang itu juga ada alim dan mufti, yang paham kaidah-kaidah syariat, juga lebih paham waqi' dibanding kita. Mereka dalam setiap tindakannya, tentu sudah mempertimbangkan maslahat dan mafsadat. Meski tentu, namanya di medan perang, tidak ada perhitungan yang selalu tepat 100%.
Seandainya mereka mau sedikit berprasangka baik saja, tentu oknum-oknum ini tidak akan bersikap syadz seperti saat ini. Tapi kebencian akut mereka pada kelompok tertentu, menghilangkan pandangan adil kepada mereka. Semua yang berasal dari kelompok tertentu itu, selalu dipandang buruk, meski tanpa bukti, hanya asumsi.
Padahal vonis kepada kafir pun, kita harus bersikap adil, dan tidak boleh berlaku zalim. Tapi kaidah ini, bagi mereka, tampaknya tidak berlaku bagi kelompok tertentu tersebut.
Beginilah.