Pilpresnya Jokowi
Oleh: Erizal
Bukan karena Gibran diambil Prabowo sebagai Cawapresnya, sehingga Pilpres 2024 ini, boleh dibilang sebagai Pilpresnya Jokowi. Melainkan karena dua pasang kandidat lainnya sulit untuk tak mengatakan, tak ada tangan Jokowi di situ.
Ganjar-Mahfud, misalnya. Siapa pula yang bisa membantah tak ada tangan Jokowi di situ? Ya, tak bisalah. Bahkan Mahfud MD masih menjadi Menkopolhukamnya Jokowi. Tak diganti, tak dipecat, tak direshuffle, dan tak pula mundur.
Tangan Jokowi apa pula yang tak ada di situ? Sangat jelas. Bahkan, Ganjar pun, masih yakin dia akan tetap didukung Jokowi, meski Gibran maju sekalipun, saat ditanya Najwa Shihab usai dipasangkan Megawati, dengan Mahfud MD.
Saking tak beraninya Ganjar menepis tangan Jokowi yang menempel pada dirinya. Ganjar tahu diri bahwa Jokowilah yang jauh-jauh hari membantu dirinya, hingga pada posisi saat ini. Jokowi juga mempersiapkan partai jika dirinya tak diusung PDIP. Bayangkan. Begitu benarlah.
Anies-Muhaimin. Pasangan ini seperti bersih dari tangan Jokowi. Makanya, memakai tema PERUBAHAN, sejak awal. Bahkan, seringkali memposisikan diri sebagai korban. Bukan tak ada alasan. Alasannya ada.
Misalnya, perihal KSP Moeldoko yang hendak mengambil alih Demokrat. Tapi saat Demokrat tak jadi mendukung Anies dan Anies memilih Muhaimin sebagai Cawapresnya, maka tak bisa lagi diklaim, tak ada tangan Jokowi di situ.
Muhaimin orangnya Jokowi juga. Dua periode ini, PKB turut mendukung Jokowi. Menteri PKB tetap ada di kabinet. Bahkan, ada yang berpikir, Muhaimin bakal dipakai untuk menjegal Anies. Ini tak terjadi. Anies-Muhaimin melaju ke KPU.
Apalagi, Surya Paloh bertemu Jokowi sebelum berangkat ke luar negeri, sebelum mendaftar ke KPU, dan usai Mentan SYL ditetapkan sebagai tersangka. Tak ada yang tahu isi pembicaraan itu. Tapi saat Anies-Muhaimin mendaftar, Surya Paloh langsung yang mengantar dan berpidato.
Kalau Prabowo-Gibran tak usah disebut lagi. Tak hanya tangan, tapi juga kaki, kepala, dan seluruh anggota tubuh Jokowi ada di situ. Pilpres sayang anak, istilah JK.
Jadi, siapa pun yang menang, maka Jokowilah pemenang sesungguhnya, dalam arti yang tak sama alias berbeda-beda. Tak akan terlalu sulit membuat analisis, mengapa pasangan ini yang menang dan bukan pasangan yang itu? Pilpres, Pilpresnya Jokowi, dari situlah analisis dimulai.
(*)