Alih-alih mengabarkan rasa pesimisme dan kepasrahan, teman-teman kita di Palestina justru sebenarnya ingin memberi kita pesan tentang harapan dan cita-cita.
Ketika pesawat tempur musuh beterbangan di langit, mereka sudah sampai di level: kami ini tentaranya Penguasa Langit.
Ketika musuh menghancurkan semua terowongan bawah tanah dan memutus semua pipa-pipa penyalur air bersih, mereka sudah sampai pemahaman nyata doa ini,
"Ya Allah, tidak akan ada yang bisa memberi apa yang Kau tahan, dan tidak ada yang bisa menahan apa yang Kau beri..."
Mereka menamai gerakan kali ini sebagai "Badai Al Aqsha", agar kita sebagai Umat Islam ikut merasakan gemanya.
Ini semata-mata bukan untuk bendera negara atau perjuangan batas geografis semata.
Ini adalah kisah tentang "Daud" melawan "Jalut" untuk membebaskan Masjid Al Aqsha.
Kisah yang sebenarnya terjadi adalah tentang sebuah umat yang sedang dibangunkan dari tidur panjangnya.
Bukan sesempit konflik politik dan rebut-rebutan tanah.
Palestina adalah "bagian dari akidah kita", tutur Syaikh Ali Muhammad Muqbil. Bumi Isra dan Mi'raj-nya Rasulullah.
Mereka sedang mengingatkan kita tentang keadilan Umar bin Khattab saat membebaskan Baitul Maqdis, menggugah kita untuk membaca lagi kebijaksanaan Shalahuddin saat menghadapi musuh.
Mereka mengingatkan bahwa Umat ini tidak akan pasrah dan tunduk, karena Nabinya adalah Muhammad!
(Edgar Hamas)