Kok pas ya? Film Killers of the Flower Moon, Ceritanya mirip Palestina

Tamak dengan Bermulut Manis

By Maya Sukma Kiat

((( spoiler versi ku )))

Setelah yes no yes no, akhirnya mutusin nonton ini 2 hari lalu setelah pakdhe drh. Indro posting gambar ini. 

Why yes no yes no?

Karena filmnya lamaaaaa banget 😅 baru kali ini nonton film yg selama ini, 3,5 jam.

Tapi akhirnya mulai browshing. Woooh nilainya 8 bahkan 9 koma dari 10. Based on true story (berdasar kisah nyata) juga. 

Akhirnya yes. 

Pas banget si film ini turun bareng sama kondisi Palestina sekarang. Karena pointnya sama. 

Jadi pendatang, bunuh-bunuhin pribumi demi bisa menguasai kota dan kekayaan di dalamnya (minyak).

Bedanya Yahud1 di film ini pakai metode cinta palsu dan pembunuhan diam-diam berantai. 

Kalau Isra3l kan pakai metode genosida peperangan. 

Bahkan di akhir film salah satu ketua suku dengan keras mengumpat pelaku dengan kalimat "Dasar yahud1 yang tamak!"

Kalau dipikir-pikir iseng, film based on true story ini ga beda mungkin ya sama sinetron indosiar yg kisahnya nikahin perempuan demi numpang hidup dan ngeruk kekayaan si istri. 

Bahkan masih teringat jelas kisah viral bbrp tahun lalu, kisah bakwan poligami yg ujungnya mengambil salah satu perusahaan istri kedua untuk menghidupi dirinya dng anak serta istri pertamanya. 

Kalau di film ini, sang yahud1 pendatang sengaja mendekati perempuan turunan murni suku indian (suku Osage) atas perintah pamannya yg rakus, yg memiliki warisan berlimpah berupa (lahan?) minyak. 

Pendatang ini membunuh satu persatu turunan murni suku tsb. Termasuk keluarga perempuan tadi. Pertama adik perempuannya, lalu ketika sang adik perempuan meninggal dunia, suaminya menikahi adik perempuan lainnya. Karena yahud1 lain mengetahui bahwa tindakan suaminya itu untuk menguasai harta turunan tsb, akhirnya dibunuh jg beserta istrinya. 

Sisa perempuan pertama. Yang akhirnya coba dibunuh juga sama suaminya dengan memasukkan racun di insulin si perempuan.

Sebenarnya sesimple ini film itu. Dan ya banyak kan ya di sekitar kita. Para mokondo dengan modal kalimat cinta dan belaian, sebenarnya hanya menumpang hidup kepada istrinya.

Bahkan dari beberapa kisah ada yg dengan sengaja menyihir sang istri agar tunduk atau bahkan mati demi bisa menguasai harta sang istri sepenuhnya. 

Hanya film ini menjadi mind blowing dan "anarkis", karena cakupan rakus dan tamaknya tidak hanya ingin mengusai harta pasangan tok. Tapi juga ingin mengambil alih kekuasaan dan sumber daya di suku Osage tsb melalui jalur pernikahan dan pembantaian diam-diam. 

Tapi pointnya sama dengan Palestin sekarang, plek mirip. 

Datang sebagai pendatang yang menumpang, berwajah manis membaur dan menunjukkan diri sebagai pendatang yg sangat peduli, tapi ternyata terus bersiasat bagaimana mengambil alih semua kekuasaan dan kekayaan suku tsb. Dengan cara yg sangat jahat, cinta atau pernikahan. Dan pembantaian diam-diam. 

Buat saya, baguslah film ini diizinkan tayang di Indonesia, karena budaya people pleaser atau ramah yang kebablasan memang sangat berpotensi mengundang para pendatang tak tau diri yg sok manis peduli dengan memberi hutang padahal hanya bersiasat ingin mengambil alih kekayaan dan kekuasaan negara. 

Termasuk ketika masuk ranah personal. Entah pernikahan entah sekedar pertemanan. 

Manis di depan untuk memanfaatkan. Dibelakang? Bersiasat untuk menghancurkan. 

Soal negara soal pernikahan, memang tidak boleh juga mengedepankan prasangka. 

Tapi mari kita lihat Palestina. Yang sebenarnya tidak beda dengan Indonesia, juga suku Osage di film ini. 

Berniat baik menerima pendatang, ea eaaa satu-satu aset dan pulau-pulau hilang. Hanya beda teknik aja.

Yg 1 diperangi dengan target-target membunuh anak-anak dan perempuan serta fasilitas umum.

Yg 1 suku Osage melalui jalur jatuh cinta. 

Yg 1 lewat pinjaman hutang dll. 

Dan ketiganya hanya bisa di atasi dengan ilmu dan ketegasan. Tegas dalam administratif, sikap dll. 

Yg bikin parah itu ketika sekedar ramah. Ramah yg menghancurkan karena dilakukan tanpa ilmu dan sikap tegas. 

As personal kaya gini juga paling banyak di pernikahan. Ramah ga enak, akhirnya alih2 dinafkahi suami, malah istri yg ngempanin laki dengan alibi sedekah dan cinta eaeaeaaaaaa....

Padahal lakuin yg wajib dulu (suami wajib menafkahi Al Quran 4 : 34) baru melakukan yg sunah dengan batasan (sedekah ke keluarga. Tp ketika ga berbatas ya bukan sedekah, tapi memberi jalan untuk org lain berbuat dzalim). 

Kita porak poranda krn kadang menempatkan sesuatu seenaknya.

Berbanyak-banyak anak itu hukumnya sunah. Tapi lupa sama yg wajib: menafkahi, menyusui, mengasuh dng layak, menyediakan kamar yg terpisah, memberi pendidikan, dll. 

Menikah sunah, tapi mampu dan berakal sehat adalah wajib. Termasuk soal sekufu. Ga bisa tok krn sekedar udh nyaman. Eaaaa trus gmn entar. 

Senyum itu sunah, sedekah. Tapi menjaga negara adalah wajib. Bukan hahahehehe hahahehe ujungnya aset negara ilang bahkan pulau2 dan sumber dayanya. 

Walau ketegasan tetap bisa diiringi dng senyuman. 

Demikian lah, dari film jadi kemana-mana 😀 

Tapi buat yg jomblo ya bagus si nonton ini, apalagi negarawan. 

Sesi taaruf/pra nikah bukan sesi cinta2an, tapi sesi diskusi dan investigasi serta istikhoroh yg mendalam.

Begitu jg untuk negarawan. Film ini bisa cukup mengurangi colonial syndrome atau sikap nggeh-nggeh ramah kebablasan.

(sumber: fb penulis)
Baca juga :