KELAHIRAN BAYI GAZA
“Sekitar 160 wanita melahirkan setiap hari di Gaza. Terdapat 50.000 wanita hamil di wilayah berpenduduk 2,4 juta jiwa itu.”
Kabar mencengangkan itu dilansir Aljazeera (22/10/2023). Di tengah situasi perang dan bombardir tanpa henti, kabar baik itu tentulah membuat dunia terperangah.
Bagaimana mungkin dalam situasi seperti ini angka kelahiran tetap tinggi?
Sebuah data statistik dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Gaza, Palestina, sebelum perang menunjukkan kelahiran seorang bayi di wilayah itu terjadi setiap 10 menit.
Dilansir Middle East Monitor atau MEMO, General Administration for Civil Affairs (GACA) juga mencatat terdapat 4.983 kelahiran selama September lalu. Disimpulkan, angka kelahiran per hari di wilayah itu mencapai 166 bayi.
Laporan yang ada dalam catatan itu juga menuliskan tujuh bayi lahir setiap jam di Gaza. Lebih dari satu bayi lahir dalam waktu sekitar 10 menit!
Allahu akbar!
Mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat menggambarkan rahim wanita Palestine sebagai senjata paling ampuh.
Proyeksi demografi menunjukkan bahwa jumlah warga Palestine yang tinggal di antara Sungai Jordan dan Laut Mediterania pada akhirnya akan melebihi jumlah warga Y*h*di.
Di sisi lain, Perdana Menteri I*r*el Benjamin Netanyahu menyadari hal tersebut dan punya kekhawatiran yang sangat besar.
Pada 2003, ia menyatakan kekhawatirannya karena angka kelahiran warga Palestine yang jauh lebih tinggi bisa menjadi ancaman yang melemahkan I*r*el. Keuntungan demografis Palestine mempunyai konsekuensi geopolitik dan ekonomi.
Sebagai perbandingan, menurut laporan The Economist, tingkat kesuburan rata-rata di Inggris adalah 1,6 per wanita, di Prancis 1,8 per wanita, di I*r*el 2,9 per wanita, sementara di Palestine mencapai 4,7 per wanita.
Jumlah ini pun sebenarnya sudah jauh menurun. Dari data yang ada, di tahun 1960-an, tingkat kesuburan di Palestine mencapai 9,3 per wanita!
Begitu takutnya I*r*el akan kondisi tersebut, para dokter berusaha dengan segala cara menemukan pengobatan untuk meningkatkan angka kesuburan. Pemerintah memberikan dukungan fertilisasi in vitro (bayi tabung) dengan biaya sekitar 150 juta USD (sekitar Rp 2,3 triliun) per tahun.
Data Pew Research Center menunjukkan bahwa umat Islam memiliki tingkat kesuburan tertinggi dibandingkan seluruh kelompok agama lain di dunia. Sekalipun angka ini telah mengalami penurunan tajam, dari 4,3 pada 1995 menjadi 2,9 pada 2015.
Ajaibnya lagi, sekalipun situasi di Palestine jauh dari ideal, di mana masa sekolah anak-anak seringkali terputus dalam waktu lama, seperti dalam kondisi perang seperti sekarang ini, namun angka melek huruf penduduknya sangat tinggi, setara dengan negara-negara maju.
Tercatat, anak-anak-anak Pelestine yang mempunyai kemampuan membaca, menulis, berhitung, angkanya mencapai 93 persen untuk perempuan dan 98 persen untuk laki-laki.
Demografis terbesarnya adalah manusia usia produktif 15-29 tahun. Jumlah mereka mencapai 53% dari seluruh jumlah penduduk.
Seandainya separuh saja dari mereka itu adalah para penghafal Al-Qur’an, maka inilah jawaban dari mana Gaza mempunyai para pejuang tangguh yang kita saksikan hari-hari ini.
Jakarta, 24/10/2023
(Uttiek)