Keistimewaan dan Keberkahan Palestina dengan Hufadz & Jihad
Penggalan materi dari Syaikh Syadzi Abu Mu’min (salah seorang pengajar Qur’an di Gaza, Pewaris sanad Qira’ah ‘Asyrah) yang saya terjemahkan langsung ketika saya mendapat amanah sebagai menerjemah Beliau beberapa tahun yang lalu (tahun 2012).
Syaikh Syadzi Abu Mu’min dalam ceramahanya (tahun 2012) mengatakan:
Di Palestina kita meluluskan setiap tahun 10.000 (sepuluh ribu) hafidh dan hafidhah Al Qur’an, yaitu lima ribu hafidh dan lima ribu hafidhah.
• Dalam liburan musim panas, diadakan mukhoyyam Al Qur’an bagi siswa di masjid selama dua bulan penuh. Tidur, makan, minum, dan menghafal di tempat tersebut dan tidak meninggalkannya. Mereka hanya punya satu kegiatan, yaitu menghafal Al Qur’an.
• Kelebihan di Palestina, kita tidak punya banyak kesibukan. Kita tidak punya tempat-tempat permainan, tempat hiburan, juga tidak ada tempat bermain anak-anak. Kita hanya punya masjid-masjid. Apa sebab kita mempunyai banyak hafidh? Yaitu keseriusan. Kita menjadi masyarakat yang memiliki keseriusan, semua masyarakat. Masing-masing menginginkan anak-anaknya hafal Al Qur’an. Ada dorongan hakiki pada masyarakat di Gaza secara tersendiri. Kita terapkan program ini di Gaza, orang-orang menjadi memiliki respon yang besar terhadap menghafal Al Qur’an, karena mereka hidup dalam suasana jihad dan perjuangan. Dan kita menjadi punya pemahaman terhadap makna syahid di jalan Allah dan menyambut Allah.
• Anak-anak kalian (di Indonesia), ketika liburan, barangkali mereka bermain, atau bertamasya ke tempat yang indah. Tapi kita (di Palestina) tidak punya itu semua. Maka kita bawa mereka ke masjid-masjid. Itulah tempat rekreasi mereka, tempat bergembira mereka, masjid. Maka dari itu, orang-orang yahudi dalam perang Gaza yang terakhir, ketika mereka menyerang Gaza, apa yang mereka serang? Mereka menyerang masjid-masjid. Karena masjid-masjid tersebut yang mengeluarkan para hufadh. Karena para hufadh itulah yang membela Gaza dan berjihad di Jalan Allah.
• Kami di Brigade Al Qossam memiliki 70.000 (tujuh puluh ribu) pasukan, ini adalah jumlah yang dipublish, semuanya adalah hufadh. Dalam peperangan Furqon yang terakhir, kurang lebih 3 tahun yang lalu, ketika Gaza diserang, Orang-orang Israel datang dengan 40.000 (empat puluh ribu) pasukan, yang menghadapi mereka hanya 15.000 (lima belas ribu) hafidh saja. Kita hanya menggunakan 5% (lima persen) dari kekuatan kita saja. Semua yang berperang adalah hufadh kitabullah. Ya, ini barokahnya jihad. Tapi metode (menghafal) tidak berbeda dengan di tempat lain.
• Ini juga karena keistimewaan tarbiyah. Kita punya manhaj tarbawi.
• Ini adalah manhaj para Masyayikh yang mengatakan bahwa umat Islam tidak akan menang kecuali dengan generasi Al Qur’anul Karim saja.
• Kematian bagi kita datang dengan cepat. Kita sudah terbiasa dengan kematian. Kematian bagi kami menjadi permulaan kenikmatan, dan bukan akhir kenikmatan.
• Sehingga kedekatan dengan kematian dan perasaan dekat dengan Allah, menjadikan penduduk Gaza mengetuk pintu Allah. Ini gambaran pemikiran secara umum. Semua masyarakat menjadi mempunyai keyakinan bahwa keselamatan, kebahagiaan, dan kebaikan di dunia dan akhirat adalah dengan Al Qur’an. Dan ini adalah dari barokah jihad di Jalan Allah.
(Penerjemah: Ustadz Arham Ahmad Yasin)
*Foto bersama Syaikh Syadzi Abu Mu’min
[VIDEO terbaru pasukan Al Qassam sebelum melakukan penyerangan pada 7 Oktober lalu]
Hafiz al-Quran adalah mereka yang akan berada di barisan hadapan Mujahidin yang menyerbu kubu penjajah Israel dalam Perang Taufan Al-Aqsa.
— Nu'man π²πΎπ΅πΈ (@numanmazlan) October 12, 2023
Ini adalah video sebelum berlakunya perang di mana kumpulan Mujahidin Briged al-Qassam menamatkan pengajian dalam projek hafazan al-Quran. pic.twitter.com/As1pvsrvW2