Bapak Prabowo yang terhormat.
Sebaiknya tak mengomentari yang anda tak pahami.
Relawan MER-C di Gaza dari tahun ketahun, bahkan dari waktu ke waktu melihat dari dekat kezoliman Israel terhadap warga Palestina.
Saat Rumah Sakit Indonesia dalam proses Pembangunan, terjadi serangan besar-besaran Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Ada puluhan bahkan ratusan relawan MER-C dalam situasi demikian di Gaza.
Ketika ada permintaan untuk para relawan keluar dari Gaza. Jawaban dari para mujahid relawan MER-C yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza tersebut adalah:
"Kami tak akan pergi dari sini sebelum rumah sakit Indonesia berdiri kokoh.
Bila kami syahid di sini (Gaza), maka itu adalah kebahagiaan bagi kami para relawan MER-C."
Ketika kapal Mavi Marmara di-invasi oleh tentara Israel lalu beberapa aktifis MER-C ditangkap tentara Israel. Salah satunya perempuan bernama Nurfitri Thaher.
Tak ada satupun yang menangis, tak ada yg meneteskan air mata. Nurfitri Thaher dengan tangan diborgol dia tak menangis, bahkan dia bernyanyi di hadapan tentara Israel untuk mengatakan: Kami tidak takut kepada kalian.
Dokter Joserrizal (Alm) berpesan: Jangan pernah meneteskan airmata dihadapan musuh.
Yang dibutuhkan MER-C dari Pemerintah sekarang ini, bukan penyelamatan relawan, bukan dukungan verbal yang sekedar kata-kata. Tapi sikap tegas pemerintah Indonesia terhadap Israel.
Juga membantu para relawan dengan akses yang dimiliki Pemerintah agar tim medis dari MER-C terfasilitasi untuk dapat membantu warga Gaza dari serangan brutal dan biadab Israel.
Bila Pemerintah tak punya nyali menghadapi Israel dan sekutu zionisnya. Maka jangan halangi kami rakyat Indonesia (MER-C) membantu saudara-saudara kami di Gaza.
Geisz Chalifah
(Relawan MER-C)