CIKAL BAKAL HAMAS, Benarkah Ada Peran Israel?

Buku "KILL KHALID: Pembunuhan Mossad yang Gagal atas Khalid Mishal dan Kebangkitan Hamas" oleh Paul McGeough.

Buku ini mengupas Percobaan dan Kegagalan Pembunuhan Pimpinan Hamas Khalid Mishal yang dilakukan agen intelijen Israel, Mossad, dibawah perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 25 September 1997.
 
Dua agen Mossad membawa paspor Kanada palsu memasuki Yordania, tempat Mishal tinggal. Agen-agen tersebut menunggu di pintu masuk kantor Hamas di Amman Yordania. Ketika Mishal masuk ke kantornya, salah satu agen datang dari belakang dan melekatkan perangkat khusus ke telinga kiri Mishal yang ditransmisikan racun reaksi cepat. Pengawal Mishal berhasil meringkus dua agen Israel tersebut dan ditangkap lalu ditukar dengan penawar racun sehingga Mishal selamat.

Cikal Bakal Hamas

Pada bab 5 buku "Kill Khalid" berjudul "has you lost your mind", judul yang ditujukan oleh intelijen Amerika dan Raja Yordania Hussein pada kebijakan Israel yang 'membiarkan' kelompok Mujamma' Al Islami (cikal bakalnya Hamas), Paul McGeough (penulis buku) memberitahu beberapa hal:

1. Tidak ada aliansi antara Israel dengan kelompok islamis, yang ada adalah program terpisah dari Israel dan islamis. Dari Israel, kebijakan membiarkan tumbuhnya kelompok islamis kala itu dengan alasan, pertama kelompok islamis itu, walau mereka ketahui tidaklah kendur retorikanya terhadap penjajah israel namun mereka (saat itu) tidak atau setidaknya belum melakukan aksi kekerasan pada israel. Alasan kedua (pembiaran kelompok islamis), sebagai strategi untuk mengurangi bergabungnya pemuda Palestina pada kelompok yang saat itu lebih radikal, yaitu kelompok Fatah atau PLO.

2. Kebijakan 'membiarkan' itu bukan dalam bentuk menyuplai langsung dana pada kelompok islamis, tapi lebih dalam bentuk tutup mata pada aliran dana Saudi dan negara teluk lain seperti Kuwait kepada kelompok islamis ini.

3. Israel gagal mengetahui -karena mereka tidak cukup punya intelijen lapangan yang bisa memahami ceramah-ceramah dan kajian-kajian di masjid - bahwa kelompok Fatah dan islamis sejatinya tidaklah berbeda mengenai metode bersenjata/kekuatan untuk mengusir penjajah (Israel). Perbedaannya adalah pada soal timing (waktu), menurut Ahmad Yasin (ketua Hamas) dan petinggi islamis, perjuangan bersenjata adalah jihad sehingga membutuhkan landasan agama bukan nasionalisme dan sekulerisme seperti Fatah. Rakyat Palestina saat itu telah meninggalkan agama cukup lama, sehingga mereka butuh pada edukasi (tarbiyah) dan spiritualitas terlebih dahulu.

4. Israel juga berupaya menginfiltrasi masjid dan sekolah-sekolah di Palestina dengan ide menerima keberadaan zionis namun upaya itu gagal karena masjid dan sekolah itu terinfiltrasi dengan paham-paham yang disebarkan islamis. Jadi menurut penulis (Paul McGeough), Israel memang punya dana untuk menangkal ideologi Fatah dan PLO, tapi diserahkan ke masjid-masjid, dan tidak secara langsung ke kelompok Mujamma' Al-Islami (cikal bakal Hamas).

5. Dukungan signifikan masyarakat Palestina pada kelompok islamis karena strategi pendidikan dan sosial yang dijalankan islamis, serta kritikan masyarakat sendiri pada gerakan Fatah dan PLO yang mereka lihat sering tidak konsisten. Jadi kritikan pada Fatah tidak semata muncul dari islamis tapi memang muncul dari kurang performnya Fatah saat itu. Poin ini juga dijelaskan di bab selanjutnya berjudul "Arafat circus".


Baca juga :