Babak Belur Gibran
Oleh: Erizal
Marasai Gibran. Babak belur. Diumumkan sebagai Cawapresnya Prabowo, bukannya mengendor, hantaman semakin menjadi-jadi. Tak henti-henti. Kasihan juga. Tapi, apa boleh anak Presiden dikasihani? Harusnya, mengasihani.
Sebagai anak muda saja seperti tak bisa lagi diklaim. Mana pula dia anak muda? Dia anak Presiden! Seolah anak muda berbeda dengan anak Presiden. Apalagi dibandingkan dengan Syahrir, Hatta, yang juga aktif di masa muda.
Gibran seperti membawa dosa yang begitu fatal. Dosa dinasti politik. Seolah-olah inilah dosa pertama yang diperbuat. Yang lain, tak pernah terjadi. Untung, belum ada buku yang keluar kayak masa SBY, 'Gurita SBY' jadi 'Gurita Solo (Jokowi)'.
Kalau Jokowi mungkin sudah terbiasa. Dihajar sana-sini. Kalau Gibran, belum tahu. Mestinya sudah belajar dari Bapaknya. Dan pengalaman Gibran bukan saja jadi Wali Kota Solo, tapi juga jadi anak Wali Kota Solo, anak Gubernur, dan anak Presiden. Itu sindiran terbaru pula yang beredar di dunia maya.
Tak hanya Jokowi, tapi juga Gibran kerap mengatakan, kalau tak suka jangan dipilih.
Jadi tak perlu dihajar, dihina, dan dijelek-jelekkan.
Ini perlu keseriusan agar luka tak terus menganga.
(*)