Apakah dalam penulisan, kita harus menyebutkan label "Ustadz", "Kiyai", "Syaikh", "Imam" dan semisalnya, pada nama seorang tokoh?

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Apakah dalam penulisan, kita harus menyebutkan label "Ustadz", "Kiyai", "Syaikh", "Imam" dan semisalnya, pada nama seorang tokoh.

Jika kita memperhatikan kebiasaan para ulama selama ini, maka jawabannya adalah: tergantung konteks dan tergantung qarinah yang menyertainya.

Misal, kadang mereka menyebut ulama dengan nama mereka saja, semisal "Ahmad", "Malik", "Abu Hanifah", "Al-Ghazali", "As-Suyuthi", dan semisalnya, tanpa menyertakan label "Imam" dan semisalnya.

Apakah hal ini tercela? Jawabannya, tidak. Paling tidak ada dua alasan yang bisa diajukan: (1) Mereka menyebutkan nama-nama para kibar ulama itu tanpa label, sama sekali tidak bertujuan untuk merendahkan mereka, (2) Bisa jadi, tujuan mereka sekadar untuk meringkas tulisan, dan karena nama ulama tersebut sudah sangat masyhur, maka dengan disebut secara ringkas pun, orang-orang sudah tahu kedudukan mereka.

Sebaliknya, jika ada qarinah yang menunjukkan tujuan merendahkan, atau dimuat dalam konteks merendahkan, maka hal ini jelas sikap tidak beradab.

Misal: "Inilah penjelasan dari Asy-Syaikh Al-Imam Fulan terhadap kesesatan Qardhawi..."

Penyebutan "Qardhawi" tanpa gelar keulamaan pada ungkapan di atas, konteksnya sangat jelas bertujuan merendahkan. Ungkapan di atas menyandingkan dua nama ulama sezaman, yang satu disebut "Asy-Syaikh Al-Imam" yang sedang memberikan "penjelasan", satu lagi hanya disebut nama dan distempel dengan "kesesatan".

Karena itu, saat saya membagikan tulisan Ust. Muhammad Laili Al-Fadhli حفظه الله, yang berisi koreksi atas penjelasan Ust. Adi Hidayat حفظه الله di grup WA "Pencinta Ilmu Syar'i", kemudian ada yang menanggapi, "Semoga tulisan ini sampai kepada adi hidayat", saya langsung menimpalinya, "Ust. Adi Hidayat".

Saya khawatir, yang berkomentar dan yang membaca komentar tersebut, kehilangan penghormatan kepada sang ustadz, dengan menyebut beliau hanya dengan nama, padahal semua kita mengenal beliau sebagai seorang ustadz yang masyhur.

Sang ustadz memang keliru pada bagian yang dikoreksi tersebut, dan mungkin juga punya kekeliruan dalam hal-hal lain, tapi beliau tetap orang yang berilmu, yang tidak layak direndahkan.

Jika setiap menemukan kesalahan orang yang punya ilmu, hilang wibawa orang tersebut di hadapan kita, dan kita sebut namanya tanpa menjaga adab, khawatirnya kita tidak akan pernah menghormati satu pun ahli ilmu.

(*)
Baca juga :