Amerika Serikat Tolak Jeda Kemanusiaan di Gaza
PEMERINTAH Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan jeda kemanusiaan untuk mengirim bantuan ke penduduk di Gaza, Palestina, dalam sidang di New York, Amerika, Rabu, 18 Oktober lalu.
Dalam pemungutan suara di Dewan, 12 negara lain menyetujui resolusi dan dua negara abstain, yakni Rusia dan Inggris.
Dalam siaran pers PBB, Duta Besar Amerika untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menjelaskan, veto dilakukan AS karena “resolusi ini tidak menyebut hak membela diri Israel” terhadap serangan bersenjata sesuai dengan Piagam PBB. Veto ini membuat Dewan Keamanan gagal melakukan intervensi pertamanya terhadap krisis di Gaza.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, melaporkan kepada Dewan Keamanan tentang perlunya penyaluran secara aman bantuan kemanusiaan segera ke Gaza.
“Artinya, PBB dan mitra kemanusiaan harus mampu memberikan bantuan kepada warga sipil yang membutuhkan di seluruh Gaza, tanpa hambatan, di tempat-tempat yang mereka pilih, di tempat-tempat yang mereka anggap aman, dan di mana kita dapat berupaya menjamin keselamatan tersebut,” katanya.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada Sabtu, 7 Oktober lalu, dan dibalas Israel dengan membombardir Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, serangan tak juga berhenti.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat 471 orang, termasuk anak-anak, tenaga kesehatan, dan pengungsi lokal, terbunuh dalam serangan bom Israel di Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Kota Gaza pada Selasa, 17 Oktober lalu.
Hingga kemarin (Sabtu, 21 Oktober 2023), jumlah korban tewas di Gaza meningkat menjadi 4.385 orang dan 13.651 orang terluka sejak konflik antara Hamas dan Israel meningkat pada 7 Oktober, kata kementerian kesehatan Palestina.
Korban tewas termasuk 1.756 anak-anak dan 976 perempuan, tambah kementerian kesehatan.
Hingga Jumat, 20 Oktober lalu, perlintasan Rafah, pintu masuk ke Gaza dari Mesir, masih tertutup. Pintu perbatasan lain juga tertutup. Sebanyak 20 truk bantuan kemanusiaan PBB masih menunggu di dekat pintu perbatasan Rafah.
“Truk-truk ini bukan sekadar truk. Mereka adalah penyelamat. Mereka adalah penentu antara hidup dan mati bagi banyak orang di Gaza,” ujar Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, seperti dikutip AFP, saat mengunjungi perlintasan Rafah. “Melihat (truk bantuan) terjebak di sini membuat saya menjadi sangat jelas. Apa yang kita butuhkan adalah membuat mereka bergerak ke sisi lain tembok ini secepat mungkin dan sebanyak mungkin.”
Pada Sabtu kemarin, akhirnya sebanyak 20 truk bantuan kemanusiaan PBB diijinkan masuk ke Gaza melewati Perlintasan Rafah, setelah Hamas membebaskan dua sandera warga AS (seorang ibu dan anaknya).
The first convoy of trucks with medical supplies from the Egyptian Red Crescent crosses the Rafah border into Gaza, which has suffered more than two weeks of aerial bombardment pic.twitter.com/6fl1k8mMf9
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) October 21, 2023