Tinjauan Hadits "Man 'Azhzhama Maulidi...." من عظم مولدي (Barangsiapa Memuliakan Hari Kelahiranku......)

Tinjauan Hadits "Man 'Azhzhama Maulidi...."
من عظم مولدي
(Barangsiapa memuliakan hari kelahiranku......)

Kritik hadits baik terkait matan (isi) atau perawi itu sesuatu yang lazim di dunia ilmu hadits sejak zaman salaf dan telah melahirkan ribuan karya besar dalam bidang ilmu hadits yang bisa kita nikmati sampai sekarang.

Entah suatu hadist itu dinilai shahih, hasan, dha'if, atau maudhu' (palsu) atau mukhtalaf fih (diperselisihkan), semua itu adalah konsekuensi akademis dari dinamika keilmuan.

Ribuan kitab Takhrij Hadits disusun oleh para Ulama Hadits untuk meneliti hadits-hadits yang ada di kitab-kitab karya para ulama besar lainnya. Semua itu adalah bagian dari tradisi intelektual para Ulama sejak sekian abad yang lalu yang sangat bernilai.

Misalnya Al Iraqi, Ibnus Subki dan Az Zabidi menyusun kitab Takhrij untuk meneliti hadits-hadits yang ada di Kitab Ihya Ulumuddin karya Al Imam Al Ghazali, konsekuensi dari penelitian tersebut tentu ditemukan hadits-hadits yang dinilai shahih, hasan, dha'if, bahkan maudhu' di dalam kitab Ihya adalah bagian dari konsekuensi ilmiah yang tak terpisahkan. 

Jika ditemukan sebuah hadits dengan derajat Maudhu (palsu) menurut Ilmu Hadits dalam kitab Ihya itu bukan berarti merendahkan atau menghina Al Imam Al Ghazali, tapi semua itu semata-mata bagian dari konsekuensi akademis di kalangan para Ulama.

Jadi biasa saja, jika ada yang menvonis bahwa hadits: "Man 'Azhzhama Maulidi..." itu maudhu' (palsu), meskipun teks ini ada di sebuah kitab karya Ulama terkenal.

Karena hadits: "Man 'Azhzhama Maulidi...", itu memang derajatnya "laa ashla lahu" (hadits ini tidak mempunyai pijakan sanad dan tidak ada perawi hadits yang meriwayatkannya).

Yang jelas mayoritas Ulama mengadakan Maulid Nabi juga tidak berdasarkan "hadits" tersebut.

By @dafid_fuadi

KISWAH (Kajian Islam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah)
Ahad Wage, 10 September 2023
di MWC NU Kec. Papar, Kab. Kediri

*fb
Baca juga :