Sinyal Kuat Untuk Ridwan Kamil

Sinyal Kuat untuk Ridwan Kamil

Figur Ridwan Kamil dibutuhkan PDIP untuk merebut suara pemilih di Jawa Barat. Partai Golkar belum mengikhlaskan.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membuka opsi duet Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil dalam pemilihan presiden 2024. Pertimbangannya, elektabilitas Kang Emil—demikian Ridwan Kamil kerap disapa—cukup tinggi dan berpotensi mendongkrak Ganjar secara elektoral, khususnya di Jawa Barat. "Dari aspek elektoral, Ridwan Kamil tentu masuk radar partai-partai pengusung Ganjar Pranowo," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, kemarin.

Berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Ridwan konsisten berada di urutan atas. Andreas mencontohkan hasil sigi Indikator Politik Indonesia pada Juni lalu. Nama Ridwan berada di posisi kedua untuk posisi cawapres dengan elektabilitas 16,6 persen. Di atas Ridwan, ada Erick Thohir dengan elektabilitas 18,5 persen, lalu di bawahnya ada Sandiaga Uno 11,8 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 11,4 persen, dan Khofifah Indar Parawansa 5,5 persen. "Ini menunjukkan tingkat apresiasi yang cukup tinggi terhadap Ridwan Kamil," ujarnya. 

Sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023, Ridwan memiliki nilai tambah. Dia menjadi figur yang bisa dianggap merepresentasikan Jawa Barat, provinsi dengan jumlah suara terbesar di Indonesia. Hanya, saat ini Ridwan tercatat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar. Sedangkan Golkar secara formal sudah bergabung dengan Partai Gerindra untuk mendukung pencalonan Prabowo Subianto. "Proses politik dan dinamikanya tentu akan bergerak pada tataran dialog dan komunikasi antara ketua umum dan pimpinan partai dalam menetapkan capres dan cawapres," ujarnya.

Untuk pencalonan Ganjar, PDIP mendapat dukungan dari Partai Hanura, Partai Perindo, dan PPP. Sedangkan Golkar bersama Partai Gerindra, PAN, PBB, dan Partai Gelora telah mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo sebagai calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju. 

Partai Banteng sebenarnya telah mengumumkan beberapa figur yang dianggap paling berpotensi mendampingi Ganjar. Mereka adalah Sandiaga Uno, Andika Perkasa, Mahfud Md., Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, dan Agus Yudhoyono. Namun, setelah Ridwan Kamil menanggalkan jabatan Gubernur Jawa Barat pada 5 September lalu, namanya justru mencuat.

Sinyal PDIP memasukkan nama Ridwan dalam daftar calon pendamping Ganjar sebenarnya sudah terlihat sejak beberapa bulan sebelumnya. Paling tidak, sinyal itu ditunjukkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam sebuah acara di Gelanggang Olahraga Saparua, Bandung, pada 28 Juni lalu. "Kang Emil memang kaya prestasi. Memajukan Jawa Barat penuh daya seni. Pemilu akan digelar beberapa bulan lagi. Bacawapres Pak Ganjar ternyata ada di sini," kata Hasto saat itu. 

Pertemuan Mega-RK

Sinyal teranyar kembali disampaikan Hasto pada Sabtu, 9 September lalu. Dia membocorkan pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ridwan beberapa waktu sebelumnya. 

"Pertemuan dilakukan secara tertutup, membahas pembangunan beberapa monumen yang berkaitan dengan Bung Karno," ujar Hasto. "Kami memberikan apresiasi tentu saja atas suatu program untuk membangun kesadaran terhadap 'Jas Merah' atas perjuangan Bung Karno sebagai proklamator dan bapak bangsa Indonesia."

Namun Hasto kembali menegaskan bahwa keputusan untuk menentukan cawapres pendamping Ganjar sepenuhnya ada di tangan Megawati. "Untuk nama-nama yang dipersepsikan positif oleh rakyat, tentu saja PDI Perjuangan proaktif melakukan pengkajian secara mendalam terhadap nama-nama tersebut," ujarnya.

Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono tidak berkeberatan apabila Ridwan diminta menjadi pendamping Ganjar. "Saya kira itu sebuah kehormatan bagi Golkar," katanya. "Tentu tidak ada alasan untuk melarang."

Agung yakin Ridwan akan tetap berada di Golkar, meski melakukan penjajakan untuk mendampingi Ganjar sebagai cawapres dalam pilpres 2024. Apalagi situasi semacam ini pernah beberapa kali terjadi di Golkar. Dia mengklaim Ridwan telah mendiskusikan hal itu dengan dirinya dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Pernyataan berbeda disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurdin Halid. Menurut dia, Ridwan mesti mundur dari Golkar jika ingin menjadi cawapres Ganjar. Sebab, saat ini Partai Beringin telah bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju untuk mendukung Prabowo. "Ketentuan organisasi cuma ada dua, yakni mengundurkan diri atau diberhentikan," katanya.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia sependapat dengan Nurdin. Menurut dia, Partai Golkar telah memutuskan mengusulkan Airlangga menjadi pendamping Prabowo. "Sampai sekarang, kami masih putuskan Airlangga Hartarto," ujarnya. Keputusan itu adalah amanat Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, dan Rapat Kerja Nasional Partai Golkar.

Doli menegaskan bahwa partainya sudah memiliki rencana untuk Ridwan, yaitu maju dalam pemilihan gubernur Jawa Barat atau DKI Jakarta. Sedangkan untuk pilpres 2024, tidak pernah ada pembahasan tentang pencalonan Ridwan.

Direktur Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, berpendapat bahwa minat PDIP terhadap Ridwan tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik yang muncul saat ini. Terutama setelah Partai NasDem mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Menurut dia, figur Ridwan bisa melengkapi kekurangan Ganjar di Jawa Barat. Apalagi selama ini Jawa Barat menjadi basis pemilih Anies dan Prabowo.

"Ridwan Kamil punya peluang diusung menjadi cawapres Ganjar," ujar Dedi. "Ridwan juga punya pengalaman soal loyalitas, di mana dia termasuk tokoh yang mudah meninggalkan partai demi kepentingannya." 

Gibran Diperhitungkan

Koalisi Indonesia Maju masih mematangkan nama cawapres untuk mendampingi Prabowo. Partai Golkar menyodorkan Airlangga, PAN mengusulkan Erick, dan PBB mendorong ketua umum mereka, Yusril Ihza Mahendra. "Selain tiga nama itu, ada nama Gibran yang dibahas bersama partai koalisi," kata Nurdin Halid.

Koalisi Indonesia Maju, ucap Nurdin, berencana mengumumkan nama cawapres pada bulan ini. Sebab, bulan depan, KPU telah membuka pendaftaran untuk pasangan capres-cawapres. "Pasti bulan ini akan diumumkan," ujarnya. "Tapi masih dinamis dan cair pembahasan cawapres."  

Nurdin mengatakan cawapres pendamping Prabowo harus bisa memberikan kontribusi elektoral. Alasan inilah yang kemudian memunculkan nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Putra pertama Presiden Joko Widodo itu dinilai memiliki potensi yang cukup besar. Hanya, pencalonan Gibran masih terbentur undang-undang tentang batas usia calon presiden dan wakil presiden.  

Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno, justru membantah pernyataan Nurdin. Menurut dia, nama Gibran belum pernah dibahas di lingkup internal Koalisi Indonesia Maju. "Yang diajukan hanya tiga nama, ada Airlangga, Erick, dan Yusril," katanya. "Tiga nama itu memang mewakili partai-partai dalam koalisi."  

Sejauh ini, kata Eddy, Gerindra memang belum menyebutkan kriteria cawapres untuk mendampingi Prabowo. "Kami belum dengar dari Prabowo sendiri apakah sudah ada kriteria dalam tiga nama itu atau punya kriteria lain di luar tiga nama itu," ujarnya. "Kami harapkan segera disampaikan karena pendaftaran nanti dimulai pada 10 Oktober."

[Sumber: Koran TEMPO, Selasa, 12 September 2023]
Baca juga :